Page 48 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 48

Jangankan  melewati  kobaran  api  suci,  diminta  Rama  melakukan  hal  yang  lebih  sulit

               dibanding itu dia bersedia.


               Pagi  itu,  di  tengah  mendung  langit  kota  Ayodya,  api  berkobar,  menjilat-jilat  terasa

               begitu  panas  bahkan  dari  jarak  belasan  meter.  Penduduk  yang  sejak  malam  buta
               berduyun-duyun datang hendak menonton, terdiam menatap kobaran api, menunggu

               prosesi ujian dimulai.


               Shinta  melangkah  keluar  dari  Istana.  Mengenakan  pakaian  berwarna  putih  dan

               selendang putih. Wajahnya  terlihat jelita tanpa  riasan sedikit  pun, rambutnya  terurai

               panjang, dan halaman luas istana seketika diterpa semerbak wangi yang belum pernah
               dicium banyak orang.

               Resi-resi istana memulai prosesi. Sebuah kidung dinyanyikan. Puja-puji untuk seorang

               puteri yang akan membuktikan diri.


               “Dusta takkan bercampur dengan jujur

               Hina takkan bercampur dengan mulia
               Oh, minyak takkan pernah menyatu dengan air


               Kebaikan takkan bercampur dengan keburukan

               Kesetiaan takkan bercampur dengan pengkhianatan

               Oh, Dewi Shinta takkan pernah menyatu dengan gadis hina


               Habis  lagu  itu  membungkus  khidmat,  Shinta  melangkah  mantap  menuju  kobaran  api

               yang menyala tinggi. Penduduk berseru jerih, beberapa pingsan tidak tahan menonton
               saat tubuh Shinta ditelan api tersebut. Resi-resi berseru lirih. Rama memejamkan mata,

               tidak mampu melihat istrinya menuju kobaran api suci


               Laksmana benar. Satu menit berlalu, Shinta melangkah anggun keluar dari kobaran api,

               lihatlah,  bahkan  api  tidak  kuasa  membakar  seujung  kuku  pakaian  yang  dikenakan
               Shinta.  Penduduk  terperangah,  sejenak  bersorak  gembira.  Shinta  berhasil  melewati

               ujian  itu.  Gegap  gempita  memenuhi  lapangan  istana,  Rama  menghela  nafas  lega,  ikut

               berseru riang.
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53