Page 50 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 50

yang  menyuruhku  berbulan-bulan  mengintai  kerajaan  Alengka  selama  pembuatan

               jembatan  itu,  memastikan  apakah  Shinta  baik-baik  saja.  Istrimu  adalah  perempuan
               terhormat, dia tidak akan berkhianat walau di pikiran sekalipun. Akulah saksinya.”

               Rama menggeleng.


               “Paduka Rama tidak percaya padaku?”



               “Aku  tidak  bisa  lagi  percaya  pada  siapapun  dalam  situasi  ini,  Pamanda.”  Rama
               menjawab pelan, tapi cukup sudah mengunci percakapan.



               Ruangan  singgasana  lengang.  Senja  merah  membungkus  langit  Ayodya,  urusan  itu
               ternyata masih berbuntut panjang.



               Keputusan  kedua  diambil.  Dan  kali  ini  lebih mengenaskan  dari  sekadar  melewati  api
               suci. Orang ramai berbisik, apapun ujiannya, Shinta  yang telah menguasai sihir gelap

               pasti mampu melewatinya. Lantas dia harus diuji dengan apa? Mudah, usir saja dia dari

               Ayodya.


               “Kau  telah  kehilangan  akal  sehat,  Paduka  Rama.”  Hanoman  berseru,  kepalanya
               menggeleng-geleng,  ekornya  mengibas-ngibas,  sungguh  dia  ingin  mengusir  kalimat

               yang baru saja dia dengar dari mulut Rama, “Kau, kau tidak akan melakukannya, bukan?

               Itu, itu berlebihan.”


               Justeru sebaliknya, entah pasal apa yang menggelayut di kepala Rama, entah alasan apa

               yang  membuat  Rama  begitu  gelap  mata,  keputusan  Rama  sudah  bulat.  Duhai,
               kemanakah cinta mereka selama ini? Empat belas tahun Shinta menemani Rama terusir

               dari Ayodya, membuktikan pengabdiannya. Berbulan-bulan Shinta tidak sekalipun lalai
               membisikkan  nama  Rama  di  penjara  taman  Asoka,  berharap  suami  tercintanya  tiba,

               merebutnya kembali.


               Shinta  diusir  dari  Ayodya.  Keputusan  itu  dibacakan  sendiri  oleh  Rama,  di  hadapan

               rakyat banyak yang gegap gempita menyambutnya. Lihat, Rajanya sungguh bijaksana,
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55