Page 47 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 47

Rama menggeleng, urusan ini tidak sesederhana yang dipikirkan oleh Laksmana.

               Apakah Shinta  tetap suci? Berbulan-bulan  dia ditahan di  taman  Asoka  yang indah, di
               dalam istana kerajaan Alengka, dijaga belasan raksasa buruk rupa. Apakah Shinta bisa

               menjaga kehormatan dirinya?


               Keputusan  besar  itu  diambil  Rama,  dia  memerintahkan  agar  ujian  kesucian  digelar

               untuk Shinta. Melewati api yang berkobar tinggi. Jika Shinta selamat melaluinya, maka

               tidak akan ada keraguan lagi.


               “Apakah Kakanda masih mencintai Shinta?” Laksmana bertanya lirih, keputusan telah

               diambil, tidak banyak yang bisa dilakukannya.


               “Aku mencintainya, Laksmana. Bagaimana mungkin kau bertanya hal itu?”


               Laksmana  tertunduk,  “Maka  Kakanda  telah  melakukan  kesalahan  besar.  Kepercayaan

               adalah pondasi penting sebuah cinta, Kakanda telah kehilangan pondasi itu. Besok lusa,

               hal ini akan terulang kembali. Besok lusa, tanpa pondasi tersebut, Kakanda hanya akan
               menjadi olok-olok seluruh penduduk Ayodya.”


               Rama  terdiam,  menelan  ludah,  menatap  adiknya  tidak  mengerti.  Ruangan  singgsana

               lengang.


               “Bukan, sungguh bukan karena ingin mendengarkan penduduk Ayodya ujian kesucian

               ini dilakukan.” Laksmana masih tertunduk, “Ujian ini dilakukan hanya untuk menutup

               resah  di  hati  Kakanda.  Besok,  Shinta  akan  berhasil  melewati  kobaran  api  itu,  tapi
               Kakanda, tidak akan pernah berhasil memadamkan keresahan itu.”


               Laksmana  membungkuk,  ijin  pamit,  melangkah  pelan  menuju  pintu  ruangan,

               punggungnya hilang di antara helaan nafas Rama.

               Ujian  kesucian  itu  dilakukan  di  halaman  istana,  ditonton  ribuan  penduduk  Ayodya.
               Apakah  Shinta  menolak  ujian  tersebut?  Merasa  ujian  itu  melecehkan  harga  dirinya?

               Shinta  bahkan  tidak  terpikirkan  hal  buruk  sedikitpun.  Dia  tidak  merasa  suaminya

               meragukan  dirinya,  ujian  ini  hanya  untuk  membuktikan  kepada  rakyat  banyak.
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52