Page 499 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 499

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                Donggala,  dipimpin  oleh  Muhammad  Amu  dan  Umar  Papeo,  pada
                tanggal  7  November  1945.  Dari  pertemuan  itu    dibentuk  organisasi
                kelaskaran  bernama  Laskar  Pemuda  Indonesia,  suatu  organisasi
                bersenjata yang bergerak di bawah tanah dan melancarkan aksi gerilya.

                        Masyarakat  Donggala  menanggapi  berita  proklamasi  terbagi
                dua: ada yang pro dan ada yang kontra. Oleh rakyat yang pro dengan
                tokoh-tokoh  pimpinannya,  segera  mengusahakan  kontak  dengan
                pejuang-pejuang  di  Wani,  Tawaeli,  Palu,  Biromaru,  Kaleke,  Bambara
                (Keris  Muda)  untuk  mengadakan  kerja  sama  dan  saling  membantu
                dalam  perjuangan  mempertahankan  kemerdekaan.  Sementara  Alwi
                Muhammad  dan  Muhammad  Amu  (Klerk  pada  kantor  Kei  Kanrikan
                Donggala)  sibuk  menyusun  program  perjuangan  tiba-tiba  datanglah
                Alexander  Monoarfa  September  1945  yang  ketika  itu  sebagai  kepala
                kantor Minsen Unkookai (kepala bagian pelayaran perahu) di Donggala,
                dari Ujung Pandang membawa petunjuk dan program/perjuangan.

                        Atas  anjuran  Alexander  Monoarfa,  maka  pada  tanggal  21
                September  1945  Alwi  Muhammad,  Mohammad  Amu  dan  kawan-
                kawan  mengadakan  pertemuan  dengan  pemuda-pemuda  pejuang
                kemerdekaan  di  kampung  Ganti  (5  km  dari  Donggaia).  Dalam
                pertemuan  itulah  dihasilkan  suatu  bentuk  organisasi  perjuangan  yang
                dinamai  Gerakan  Merah  Putih  dengan  Rohana  Larnarauna  (Raja
                Banawa)  sebagai  pelindung  dan  Alwi  Muhammad  (Penilik  Sekolah
                                               33
                Donggala) sebagai Ketua Umum.
                        Kepada  semua  anggota  Gerakan  Merah  Putih  diberi  lencana
                Merah  Putih  berukuran  2x  3cm  sebagai  tanda  pengenal  dan  sebagai
                kode  dipergunakan  salam  2 jari selaku  simbol merah  putih.  Menyusul
                pula penggabungan diri dalam Gerakan Merah Putih seluruh ex anggota
                Seinendan  Limboro  yang  dipimpin  oleh  Abdul    Wahid  Maluku  dan
                Labaci  serta  bekas  Seinendan  Towale  di  bawah  pimpinan  Mislaini
                Laujeng dan Abubakar.

                        Kesemua  aktivitas  Gerakan  Merah  Putih  di  Donggala  ini  baru
                pada  taraf  persiapan  dalam  bentuk  organisasi  politik  karena  mereka
                belum  memiliki  senjata.  Tiba-tiba  pada  akhir  bulan  September  1945
                Alexander  Monoarfa  ditangkap  oleh  kesatuan  KNIL  yang  telah
                mengkonsolidasi diri dan mengambil alih tugas keamanan dari Jepang,
                kemudian  dipenjarakan  di  tangsi  militer  Palu.  Penangkapan  Alexander
                Monoarfa merupakan suatu pukulan bagi Gerakan Merah Putih.



                                                                                 487
   494   495   496   497   498   499   500   501   502   503   504