Page 503 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 503

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                diubah  lagi  menjadi  Pemuda  Republik  Indonesia  (PRI)  pada  tanggal  5
                Oktober 1945 di bawah pinpinan Andi Makkulau Opu Daeng Parebba.
                        Berdasarkan desakan Pimpinan PNI Luwu, maka pada tanggal  2
                Oktober 1945, di  lapangan  sepak bola Palopo,  Andi  Baso Petor Besar
                Memproklamasikan  Daerah  Luwu  secara  resmi  sebagai  bagian  dari
                Negara  RI.  Pegawai  dan  rakyat  Luwu  adalah  Pegawai/Rakyat  Republik
                Indonesia.  Badan  pemerintahan  akan  mengadakan  pemogokan  jika
                NICA  datang.    Luwu  akan  menentang  NICA/KNIL  dengan  segala
                konsekuensinya  yang  telah  diperhitungkan.  Pernyataan  resmi  ini
                disampaikan  kepada  Gubernur  Dr.  G.S.S.J.  Ratulangie  dan  Brigadier
                General  Iwan  Dougherty  Komondan  tentara  Sekutu/Australia  di
                Makassar.
                        Para  pemuda  juga  mengadakan  Konferensi  di  Sengkang  pada
                tanggal  12  Oktober  1945,  yang  diprakarsai  oleh  M.  Jusuf  Arief,  Andi
                Paggaru, dan Anwar. Konferensi ini dihadiri oleh utusan-utusan Pemuda
                Republik  Indonesia  dari  seluruh  Jazirah  Sulawesi:  mewakili  Sulawesi
                Utara    ialah  R.  M.  Kusno  Dhanupojo,  Ahmad  Dahlan,  Muhammad
                Djazuli  Kartawinata;  dari  Sulawesi  Tengah  ialah  Raja  Muda
                Wongkolemba  Talasa  dan  Ince  Moh.  Dachlan.  Tujuan  Konferensi  ini
                ialah  mendesak  raja-raja  di  Sulawesi  agar  tetap  pada  pendiriannya
                semula  sesuai  dengan  hasil  Konferensi  Raja-raja  di  Watonpone,  dan
                untuk  menggalang  kesatuan    gerakan/asksi  melawan  NICA  dan  KNIL
                yang mulai merajarela.
                        Dalam  suatu  kesempatan  Gubernur  Dr.  G.S.S.J.  Ratulangi
                membuat petisi yang ditandatangani oleh pemuka masyarakat Sulawesi.
                Dalam petisi itu dinyatakan bahwa seluruh Rakyat Sulawesi tidak dapat
                dipisahkan dari Republik Indonesia. Oleh karena petisi itu, pada tanggal
                5  April  1946,  Dr.  G.S.S.J.  Ratulangi,  Lanto  Daeng  Pasewang,  Saleh
                Daeng  Tompo,  J.  Latumahina,  W.S.T  Pondaag,  I.P.L  Tobing,  dan
                Suwarno ditangkap dan ditahan di Penjara Hogepad di Makassar.

                        Menanggapi  hal  itu,  maka  H.  Mansjur  Daeng  Tompo  Ketua
                Persatuan  Islam  bersama  Nurdin  Sjahadat    membuat  sepucuk  surat
                permohonan  pembebasan  tokoh-tokoh  pejuang  tersebut  kepada
                pimpinan  Sekutu  di  Makassar  bernama  Brigadier  General  Chilton.
                Namun, permohonan itu ditolak, sehingga pada tanggal 18 Juni 1945
                para tokoh tersebut dibuang ke Serui (Irian Barat/Papua).





                                                                                 491
   498   499   500   501   502   503   504   505   506   507   508