Page 501 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 501

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                Pimpinannya adalah Abdullah Bachmid dan Muhammad Amin Pettalolo
                di  Donggala  yang  menampilkan  cerita-cerita  yang  bertemakan
                perjuangan.  Oleh  kaki  tangan  Belanda,  SPK  ditantang  dengan
                mendirikan  Persatuan  Pemuda  Donggala  (PPD)  yang  menampilkan
                drama-drama dan menyanyikan lagu yang bernuansa Eropa (Belanda).
                Karena  situasi  makin  panas,  maka  mulailah  dibentuk  sektor-sektor
                pertahanan  di  wilayah  Donggala.  Pihak  NICA  pun  makin  sering
                melakukan  penangkapan  terhadap  tokoh-tokoh  pejuang,  termasuk  di
                antaranya Alwi Muhamad, pimpinan gerakan Merah Putih. Oleh karena
                itu, makin banyak pejuang ditahan, maka semakin pemuda laskar PIM
                merencanakan suatu penyerbuan atas Tangsi Militer Palu. Akan tetapi,
                rahasia  penyerbuan  itu  dapat  diketahui  oleh  Belanda  dari  kaki
                           35
                tangannya.


                8.4.   Peralihan    Kekuasaan    dan    Gerakan     Mempertahankan
                       Kemerdekaan Indonesia di Sulawesi
                        Setelah  tiba  kembali  di  Makassar  pada  tanggal  20  Agustus
                1945,  Dr.  G.S.S.J.  Ratulangie  segera  mempersiapkan  pemerintahan
                peralihan  dari  pemerintahan  Jepang  dan  menyusun  struktur  aparat
                pemerintahannya.
                                 36
                        Selanjutnya di Kerajaan Bone setelah kedatangan Andi Pangeran
                Daeng Parani dari Jakarta tanggal 19 Agustus 1945, maka ia bersama
                ayahnya Raja Bone Andi Mappanyukki segera menata pemerintahannya
                dan  menyatakan  Kerajaan  Bone  bersama  rakyatnya  mendukung
                Proklamasi  Kemerdekaan  17  Agustus  1945. Pendiriannya  makin  teguh
                setelah menerima utusan datu Luwu Andi Djemma yang menyampaikan
                bahwa  Pemerintah  dan  rakyat  Kerajaan  Luwu  menyambut  baik
                kemerdekaan Indonesia.
                        Sebagai  upaya  untuk  mendukung  proklamasi,  maka  pada
                tanggal 8 Oktober 1945 para tokoh pergerakan nasional di Makassar,
                seperti  Gubernur  Sulawesi  Dr.  Ratulangi,  Lanto  Daeng  Pasewang,  Mr.
                Zainal Abidin, Suwarno dan Malajong Daeng Liwang mendirikan sebuah
                Perguruan  Nasional,  yang  bertujuan  memupuk  semangat  kebangsaan
                dan  menghasilkan  kader  bangsa  bagi  pemuda-pemuda  yang  ada  di
                Makassar.  Ide-ide  nasional  Republiken  dipompakan  kepada  anak  didik
                melalui  pelajaran  sejarah  dan  bahasa  Indonesia.  Dari  sekolah  inilah




                                                                                 489
   496   497   498   499   500   501   502   503   504   505   506