Page 552 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 552
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
banyak anggota PIM mendapat penganiayaan dan ditangkap dan
dipenjarakan di Ambon serta melakukan propaganda anti-RIS. Pada 17
Februari 1950, diberitakan adanya penganiayaan terhadap salah
seorang anggota PIM di Tanjung Sial di Seram. Kemudian, pada 18
Februari polisi melakukan penganiayaan terhadap dua orang anggota
PIM, yaitu Djafar Lumaila dan Abdulrrahman. Pada 19 Februari 1950,
polisi di Ambon menganiaya anggota PIM Djafar Mewar dan
kelompoknya. Pada 12 Maret 1950, sersan Tomasoa mengunjungi
Assilulu dan membuat propaganda yang isinya antara lain mengatakan
―djangan kamu ikut sama Rerawaru dan Pupella. Sekarang Kita sendiri
perintah kita sendiri. Djawa buat Djawa. Ambon buat Ambon.‖
Kemudian pada 16 Maret 1950 polisi menangkap anggota PIM Ibrahim
Tangko, dan pada 17 Maret 1950 polisi juga menangkap Awat Betawi,
Moh. Awan dan juga Ahmad Bangsawan Mahulete. Mereka ditangkap
karena terlibat dalam organisasi PIM. Tindakan lain adalah polisi di
Wakasihu menangkap seorang anggota PIM A. Ohorella bersama
36
istrinya.
Aksi menentang pemerintah RIS di Maluku mencapai puncak
pada 25 April 1950 ketika J.H. Manuhutu memperoklamirkan
kemerdekaan bagi Maluku Selatan lepas dari Negara Indonesia Timur
(NIT) dan RIS. Akibat dari proklamasi Republik Maluku Selatan (RMS) ini,
respon dari warga Maluku di Makasar disambut dingin. Organisasi-
organisasi Maluku di Makasar menganggap seolah-olah tidak ada apa-
apa. Ikatan Pemuda Maluku Suleiman, Kebaktian Rakjat Indonesia
Maluku Pattimura dan Ikatan Pemuda Indonesia Maluku di Makasar
mengadakan rapat bersama pengurusnya dan mengeluarkan
37
pernyataan menentang proklamasi tersebut. Sementara pada 26 April
1950, keputusan rapat pengurus Kebaktian Rakyat Maluku memecat
38
Mr. Dr. Soumokil dari kepengurusan KRIM.
Sehubungan dengan keadaan di Ambon, maka pada 27 April
1950 tokoh-tokoh Maluku di Jawa diberangkatkan ke Ambon untuk
menyelesaikan masalah Ambon dengan cara damai. Tim yang
didatangkan yaitu Dr. Leimena, Menteri Kesehatan RIS, Ir. Putuhena plt.
Direktur Jenderal Kementerian Perhubungan Tenaga dan Pekerjaan
Umum RIS, M.A Pelupessy sebagai ketua senat RIS dan Dr. Rehatta
menjabat Kepala Jawatan Lepra.
540