Page 556 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 556
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
yaitu Waibalong, Waikelo menanti di Teluk Namlea untuk mengangkut
pasukan TNI ke Ambon. Sementara di sebelah timur Ambon didaratkan
5 batalyon TNI. Upaya pengiriman pasukan ini mempersiapkan
penyerangan ke Ambon.
Di bagian lain di Maluku, yaitu di Maluku Tenggara, tepatnya di
Tual ibukota kepulauan Kei, sehari berlayar dari Banda, terdapat pula
partai kebangsaan seperti Partai Islam Umum (PIU) yang dipengaruhi
oleh para saudagar Arab, yang cenderung mempropogandakan tentang
Negara RI akan menjadi Negara Islam dan sang merah putih adalah
bendera Islam dan TNI adalah Islam mempengaruhi perkembangan
kebangsaan penduduk di Kei yang beragama Kristen di mana terdapat
pula pengikut PIM. Sesudah RMS didirikan maka di Kei terjadi pula
pertentangan tajam antara kaum Islam dan Kristen yang akhirnya sering
mengkaitkan Nasrani Protestan dengan agama Ambon. Situasi di Kei
mulai berubah setelah kehadiran perahu dari Dobo yang
menginformasikan datangnya tentara APRIS di Tual pada Juli 1950
untuk memulihkan keamanan di Maluku Tenggara. Kehadiran pasukan
di Tual untuk meyakinkan adanya kebersamaan perkumpulan pemuda,
baik dari Islam, Protestan maupun Katolik. Salah satu pemuda bernama
Fogi Renwarin dan kawan-kawannya yang turut berjuang
50
mempertahankan proklamasi 17 Agustus di Tual Maluku tenggara.
Di wilayah lain, yaitu Maluku Utara, terdapat gerakan yang
mendukung proklamasi Indonesia yang diawali dengan aksi kaum
muda KNIL yang akhirnya sadar untuk melakukan perjuangan
menentang penjajahan. Angkatan muda KNIL di Halmahera, misalnya,
terdiri dari kelompok bintara Salendu dan kawan-kawan yang pernah
ditahan Jepang di Rabaul dan di Filipina, berusaha melakukan aksi untuk
menentang penjajah dengan melakukan gerilya. Pada 1943 mereka
sebanyak 30 orang dibawa Jepang ke Morotai melarikan diri dan
bergabung dengan teman-teman lain yang disusupkan dari Australia
yang melancarkan gerilya melawan Jepang.
51
Pada 1944, ketika Amerika merebut Morotai dan Halmahera,
panglima sekutu memerintahkan para gerilya untuk melaporkan diri
kepada kepala-kepala kampung. Ternyata, ketika mereka hendak
melaporkan diri kepada komandan Asutralia, mereka justru ditangkap
dan diserahkan kepada Belanda untuk dijadikan ―tentara polisi
kolonial‖. Di Morotai, didirikan LOC (Leger Organisatie Corps) yang
544