Page 558 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 558

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                kemerdekaan  Indonesia  pada  17  Agustus  1945  di  Irian  Barat.  Dalam
                periode ini aktivitas kegiatan politik umumnya baru terbatas di bagian
                utara seperti di Hollandia, Biak, Serui, Fak-Fak dan Sorong.

                        Dalam  membenahi  administrasi  di  Irian  Barat,  Pemerintah
                Belanda  menggunakan  tenaga  asal  Indonesia  antara  lain  Soegoro
                Atmoprasodjo.  Lahir  di  Yogyakarta  pada  23  Oktober  1923,  Soegoro
                adalah  salah  seorang  bekas  tawanan  Digul  yang  ditunjuk  oleh  Van
                Eechoud  menjadi  pengajar  dan  sekaligus  menjabat  direktur  asrama
                pada  Kursus  Singkat  Pamong  Praja  di  kota  Nica  (sekarang  Kampung
                Harapan  di  Jayapura).   Di  kota  Nica,  terdapat  12  barak  yang,  selain
                                      54
                digunakan  sebagai  asrama,  juga  digunakan  untuk  menyelenggarakan
                kursus kilat pamong praja, kursus mantri, dan Sekolah Sambung untuk
                anak laki-laki (Jongens Vervolgschool=JVVS). Orang Irian Barat pertama
                yang mengikuti pendidikan di kota Nica ini antara lain Markus Kaisiepo,
                Lukas Rumkorem, Lisias Simbiak, Frans Kaisiepo, Nikolas Youwe, Marten
                Indey,  Cornelis  Krey,  Silas  Papare,  Baldus,  Mofu,  O.  Manupapami  dan
                Herman Wayoi.

                       Soegoro  Atmoprasodjo  memperkenalkan  sejarah  dan  budaya
                ―Indonesia‖  ke  peserta  kursus.  Corinus  Krey  menjelaskan  bahwa
                Soegoro  Atmoprasodjo  merupakan  orang  pertama  yang  mengajarkan
                nilai-nilai nasionalisme Indonesia kepada siswa di kota Nica dengan cara
                                                                       55
                antara lain mengajarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
                        Untuk  meyakinkan  para  siswa  tentang  ide  keindonesiaan,
                Soegoro Atmoprasodjo membentuk kelompok belajar. Kelompok belajar
                ini  bertujuan  bukan  hanya  untuk  memotivasi  siswa  mudah  mengikuti
                pelajaran,  tetapi  juga  menjadikan  ruang  bagi  mereka  mendiskusikan
                berbagai  masalah  politik  yang  terjadi,  baik  di  Irian  Barat  maupun
                                  56
                Indonesia  lainnya.   Marcus  Kaisiepo  mendengar  berita  proklamasi
                melalui  radio  di  kota  Nica,  dan  bersama  beberapa  teman  di  Sekolah
                Pamong Praja mendiskusikan makna dari proklamasi itu bagi mereka di
                Irian  Barat.  Dalam  diskusi  tersebut,  Silas  Papare  meminta  Marcus
                Kaisiepo  untuk  menginformasikan  hal  ini  pada  Van  Eechoud  bahwa
                orang  Irian  Barat  tidak  menghendaki  apa  pun  dengan  adanya
                                   57
                proklamasi tersebut.
                        Di  berbagai  kesempatan,  Soegoro  selalu  berusaha  meyakinkan
                siswa di kota Nica bahwa mereka adalah bagian dari bangsa Indonesia.
                Dalam  proses  pengenalan  itu,  Soegoro  menggambarkan  Indonesia



                546
   553   554   555   556   557   558   559   560   561   562   563