Page 557 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 557

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                berasal  dari  bekas  KNIL-interniran,  Heiho,  Romusha  dan  lainnya  yang
                khusus  dilatih  menjadi  militer  penjajah.  Angota  LOC  ini  umumnya
                berasal  dari  para  pemuda  yang  tidak  mengetahui  perkembangan
                                                       52
                perjuangan nasional yang terjadi di Jawa.
                        Ketika berita proklamasi diketahui oleh salah satu petugas pada
                dinas  perhubungan  radio,  Sersan  Mayor  Mauaya,  maka  berita
                proklamasi  langsung  diteruskan  pada  kawan-kawannya.  Akibatnya,
                kelompok  bintara  seperti  Mangundap,  Lolain,  dan  Salendu  meminta
                pandangan dari beberapa opsir NICA. Pada awalnya kelompok NICA ini
                mendukung  aksi  ini,  namun  meragukan  keberhasil  para  bintara  ini
                karena disadari upaya ini jauh dari pusat perjuangan di Jawa. Namun
                demikian, niat para  bintara ini  tetap melakukan aksi dengan maksud
                menguasai seluruh kesatuan.
                         Hanya saja, rencana ini akhirnya diketahui dinas rahasia, maka
                mereka  semua  diangkut  ke  kapal  Ophir  ke  Jakarta.  Upaya  menolak
                bekerja  tetap  dilakukan  sehingga  yang  bekerja  hanya  kelasi  dari  Cina
                dan  Autralia.    Keinginan  kelompok  untuk  melakukan  aksi  di  kapal
                akhirnya tidak berhasil karena, kapal Ophir yang sebenarnya bertujuan
                ke  Jakarta  akhirnya  menuju  ke  Makasar.  Hanya  sangat  disayangkan
                karena  kapal  ini  tidak  dapat  ke  Makasar  karena  pada  saat  itu  sudah
                dikuasai  Indonesia.  Kapal  tidak  dapat  ke  Makasar,  namun  rencana
                                                               53
                mengadakan pemberontakan tetap direncanakan.

                9.5. Orang Irian Barat dan  Berita Proklamasi 17 Agustus 1945
                         Kesadaran berpolitik orang Irian Barat secara perlahan tumbuh
                akibat dari dikeluarkannya berbagai kebijakan oleh Pemerintah Belanda,
                baik  di  tingkat  nasional  maupun  lokal.  Sementara  kesadaran  menjadi
                Indoensia  di  antara  orang  Irian  Barat  baru mulai bersemai  pada  akhir
                1945, ketika J.P.K. Van Eechoud di Irian Barat merekrut beberapa orang
                Indonesia sebagai pegawai pemerintah serta beberapa tokoh nasionalis
                Indonesia yang diasingkan oleh Pemerintah Belanda di Batavia ke Irian
                Barat pada pertengahan 1946. Memang diakui bahwa pada 1935 Moh.
                Hatta  dan  Syarir pernah dibuang  di Boven  Digul, namun  pemahaman
                orang Irian Barat sebagai bagian dari NKRI yang diproklamasikan pada
                17 Agustus 1945 baru tumbuh justru di Hollandia dan bukan di Boven
                Digul. Hal ini tampak pada berbagai aktivitas politik yang berlangsung
                selama  periode  1945-49  dalam  konteks  perjuangan  mempertahankan



                                                                                 545
   552   553   554   555   556   557   558   559   560   561   562