Page 555 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 555
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
melakukan blokade. Terdapat 3 cara yang dilakukan pemerintah RIS dan
Angkatan Perang RIS, yaitu: (1) melakukan pembicaraan kearah
perdamaian, (2) melakukan blockade, dan (3) melakukan operasi
militer.
Di Semarang, pada 12 Juni 1950, diadakan konferensi
masyarakat Maluku seluruh Indonesia untuk bersama pemerintah
menyelesaikan masalah Maluku Selatan. Sebagai ketua, Siota
menegaskan bahwa masalah Maluku Selatan bukan saja tanggug jawab
pemerintah melainkan juga masyarakat Indonesia termasuk purtra–
putri Maluku. Dalam seminar itu hadir pula A. Tahya selaku wakil dari
46
Kementrian Dalam Negeri. Konferensi itu berlangsug selama 2 hari.
Sebagai tindak lanjut konferensi rakyat Maluku di Semarang
maka Radio Makasar pada 4 Juli 1950 mengumumkan bahwa Syarana
Mual berupaya menyusun misi persaudaraan ke Maluku Selatan. Misi ini
diketuai oleh Tupamahu dengan anggota 5 orang. Sementara berita
dari Ambon mengabarkan bahwa pihak RMS menolak misi manapun.
RMS akan menerima misi yang memakai kapal milik Amerika atau
Belanda.
47
Upaya untuk mempertahankan proklamasi di Maluku mulai
dilakukan. Pada 14 Juli 1950, jam 09.00 waktu Maluku, Agkatan Darat
RIS dengan berapa kapal perang Angkatan Laut RIS mendarat di Pulau
Buru. Kemudian pada 16 Juli 1950, jam 08.30 waktu Maluku pasukan
RIS memasuki kota Namlea maka tersebarlah pasukan di pulau Buru.
Dalam operasi tersebut sebagian pasukan pemberontak tertangkap dan
melalui penerangan, mereka mulai sadar atas perjuangannya selama itu.
Sementara rakyat dikabarkan menyambut gembira kedatangan pasukan
48
RIS.
Dalam siaran radio di Makasar pada 20 Juli 1950 diberitakan
bahwa pada 19 Juli 1950 Dr. G. Rehatta diangkat sebagai kepala daerah
Maluku Selatan. Kemudian di surat kabar lainnya, Mimbar Umum
Medan (24 Juli 1950) diinformasikan bahwa APRIS berhasil mendarat di
pulau Buru, Kei, Aru, Seram sehingga Somukil dan kelompoknya
terkepung. Akibat dari terkepungnya, maka Somokil diberitakan
49
melarikan diri dan diduga ke Irian Barat.
Pemimpin operasi militer di Maluku dipimpin oleh letkol Slamet
Riyadi sebagai komandan divisi 17 Agustus di Solo. Pada 23 September
1950 pengiriman TNI ke wilayah Namlea pulau Buru. Tiga kapal KPM,
543