Page 134 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 134
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern
Soerjaningrat kemudian ditangkap Belanda, demikian pula Douwes
Dekker. Mereka benar-benar dianggap orang-orang yang
membahayakan kedudukan pemerintah. Semula Soewardi akan dibuang
ke Pulau Bangka, dr. Tjipto ke Banda Neira dan Douwes Dekker ke
Timor Kupang. Tetapi keputusan itu diubah menjadi pengusiran dari
tanah air ke negeri Belanda. “Tiga Serangkai” ini merupakan korban
pertama sejak tanah Hindia diliputi suasana kebangkitan nasionalnya.
Hukuman Pemerintah Kolonial terhadap Tiga Serangkai itu mendapat
simpati besar dari teman-teman seperjuangan yang lain. Hal ini terbukti
dari jumlah uang yang berhasil dikumpulkan, antara lain oleh Boedi
Oetomo dan Sarekat Islam yang memungkinkan “Tiga Serangkai” itu
berangkat ke tempat pembuangan bersama keluarga mereka. Hal ini
adalah bukti munculnya rasa setia kawan dan solidaritas di kalangan
pergerakan rakyat saat itu.
Meskipun demikian pembuangan ‘tiga serangkai’ partai Hindia
ini ke Negeri Belanda membawa dampak yang cukup penting terhadap
perkembangan Indische Vereeniging, karena mereka memperkenalkan
radikalisme politik kepada organisasi ini. Sejak awal abad 20-an mulai
ada pemuda Indonesia yang pergi ke Belanda untuk melanjutkan studi di
perguruan tinggi antara lain Leiden, Amsterdam, Rotterdam, dan
Wageningen. Timbullah kebutuhan di kalangan mahasiswa untuk
mendirikan perkumpulan. Para mahasiswa di Belanda mendirikan
organisasi mahasiswa mulai 1908 dengan nama Indische Vereeniging
(Perhimpunan Hindia) pendahulu Perhimpunan Indonesia. Indische
Vereeniging memasuki suatu periode baru dalam perkembangannya
setelah pemimpin Indische Partij Dr. Cipto Mangunkusumo, Douwes
Dekker, Suwardi Suryaningrat dibuang ke Belanda pada tahun 1913,
karena Gubernur Jenderal Idenburg takut pada gagasan revolusioner
mereka. Bersama dengan kedatangan ketiga pemimpin Indische Partij ke
negeri Belanda, masuk pula konsep Hindia Bebas dari Belanda dan
pembentukan sebuah negara Hindia yang diperintah oleh rakyatnya
sendiri.
Para mahasiswa yang tergabung dalam organisasi mahasiswa
Indonesia di Belanda membentuk komunitas kecil yang berhubungan
erat dengan seluruh mahasiswa yang ada di Belanda. Para mahasiswa
muda itu kebanyakan berusia 20 tahunan. Kesepian serta rasa
keterasingan budaya merupakan masalah besar yang harus
ditanggulangi. Mereka menjalin persaudaraan satu sama lain serta saling
membantu dan hanya sedikit bergaul dengan mahasiswa Belanda.
126 Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya