Page 138 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 138

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern



                        Pada  Agustus  1926,  gerakan  demokrasi  internasional  di  bawah
                pimpinan  bekas  anggota  parlemen  Perancis  Marc  Sangnier  sedang
                menyiapkan  kongres  untuk  perdamaian  yang  diadakan  di  Bierville,
                Perancis. Dalam kongres tersebut, Hatta hadir sebagai ketua mewakili PI
                ingin  menunjukkan  kepada  kaum  demokrat  Barat  bahwa  antara  dasar
                kemanusiaan dengan perjuangan revolusioner bagi kemerdekaan bangsa
                tidak dapat diputuskan. Pada pidato pembukaan Hatta memperkenalkan
                kata  “Indonesia”  dan  bukan  “Hindia  Belanda”  untuk  merujuk  tanah
                airnya.  Sejak  itu,  peserta  kongres  menyebut  “Indonesia”,  termasuk
                orang-orang  Belanda  yang  diawal  pidato  masih  menyebut  “Hindia
                Belanda”  dan  tidak  mengulang  istilah  itu  lagi,  baik  dalam  perdebatan,
                                                      27
                pembicaraan lainnya dan tulisan-tulisan.
                        Kongres tersebut juga membuat kesepakatan bahwa perdamaian
                dunia tidak akan tercapai bila penjajahan masih terus menindas bangsa-
                bangsa,  antara  lain  di  Asia.  Selain  mempropagandakan  tujuannya,  PI
                berusaha  untuk  mendapat  kontak  dengan  organisasi-organisasi  di  luar
                negeri  Belanda  untuk  membangun  hubungan  internasional.    Pada
                Februari 1927, PI mengirimkan utusannya untuk hadir dalam Kongres
                Liga Anti Kolonial di Brussel. Delegasi PI yang dipimpin Mohammad
                Hatta  berhasil  meyakinkan  kongres  untuk  membuat  resolusi  yang
                menyatakan  bahwa  kongres  bersimpati  terhadap  gerakan  kemerdekaan
                Indonesia  dan  bersedia  mendukungnya.  Resolusi  kedua  menuntut
                penghapusan  hukuman  pengasingan  yang  terjadi  di  Indonesia  dengan
                tujuan  agar  para  pemimpin  Indonesia  yang  saat  itu  diasingkan
                dimerdekakan. Dalam kongres itu Hatta menguraikan tujuan PI, hal ini
                membuat pemerintah Belanda tidak senang melihat apa yang dilakukan
                Hatta.  Ia  dianggap  berbahaya,  terlebih  tulisan-tulisannya  yang  sangat
                tajam  mengecam  pemerintah  kolonial  serta  dapat  membangkitkan
                semangat rakyat untuk memberontak.
                        Selain itu, pada 1927 pengurus PI di bawah Mohammad Hatta
                juga menghadiri Kongres Wanita di Gland, Swiss dan Konferensi Liga
                Wanita  Internasional  untuk  perdamaian  dan  kemerdekaan  yang
                diadakan di negara tersebut. Di depan kongres  Hatta berbicara tentang
                “L‘Indonesie et son problem d’independence”. Eksploitasi ekonomi terhadap
                Indonesia  dari  kapital  asing  merupakan  tema  pokok  dalam  uraiannya.
                Pada 1929 Hatta hadir kembali sebagai utusan PI dalam Gerakan Liga
                Melawan  Imperialisme  dan  Penjajahan,  di  Berlin  yang  membawanya
                bertemu dengan tokoh-tokoh dunia untuk memperkenalkan Indonesia di
                Eropa.





                130    Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya
   133   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143