Page 145 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 145
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern
mendirikan “Pendidikan Nasional Indonesia” (lebih dikenal sebagai PNI
Baru). Pendirian ini mendorong Hatta, yang waktu itu masih di Belanda,
membuat perjanjian dengan Soedjadi, salah seorang terkemuka dalam
“Golongan Merdeka”, untuk menerbitkan sebuah majalah bernama
“Daulat Ra’jat”. Dalam suratnya kepada Soedjadi, Hatta mengartikan
pemilihan nama majalah itu mencerminkan:
“Bagaimana sikap kita terhadap rakyat. Daulat Ra’jat akan
mempertahankan azaz kerakyatan yang sebenarnya dalam segala
susunan: dalam politik, dalam perekonomian dan dalam pergaulan
sosial. Bagi kita rakyat itu yang utama, rakyat umum yanag
mempunyai kedaulatan, kekuasaan (souvereniteit). Karena rakyat itu
jantung hati bangsa. Dan rakyat itulah yang menjadi ukuran tinggi
rendahnya derajat kita. Dengan rakyat itu kita akan naik dan dengan
rakyat kita akan tenggelam. Hidup atau mati rakyat Indonesia
bergantung kepada semangat rakyat. Penganjur-penganjur dan golongan
kaum terpelajar baru ada berarti, kalau dibelakangnya ada rakyat yang
sadar dan insaf akan kedaulatan dirinya. Dalam penutup suratnya
itu Hatta mengatakan: “Yang aku menulis itu dalam beberapa baris
saja dijadikan inti didikan kita kepada kader partai. Aku dalam waktu
yang dekat akan menulis ‘Kata pendahuluan’ untuk Daulat Ra’jat dan
mungkin sebuah karangan tentang Koloniale Politiek, yang isinya akan
menguraikan Dari Politiestaat ke Rechtsstaat dan kembali lagi ke
40
Politiestaat”.
Sedangkan, dasar “Pendidikan Nasional Indonesia” (PNI Baru)
ini terjelaskan dalam tulisan Hatta di “Daulat Ra’jat” nomor 37, 20
September 1932, setelah ia pulang ke tanah air dan memimpin
organisasi ini. Adapun cuplikan tulisan yang menyesuaikan dengan
ejaan baru, antara lain:
“….Pendidikan nama perkumpulan kita, karena kita butuh akan
didikan yang benar! Dengan jalan pendidikan rakyat jelata akan
mendapat keyakinan bahwa tidak saja pemimpin harus tahu akan
kewajibannya, tetapi juga rakyat semuanya. Bukan saja pemimpin yang
harus berjuang, malahan rakyat juga turut berjuang. Ada suatu
kebenaran yang sering dilupakan, bahwa kemerdekaan Indonesia tidak
dapat dicapai oleh pemimpin-pemimpin saja, melainkan oleh usahanya
dan keyakinan rakyat yang banyak. Nasib rakyat Indonesia tenggelam
di dalam tangan rakyat sendiri….
Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya 137