Page 32 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 32

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern



                dipertentangkan  oleh  para  perumus  ideologi  kepartaian  dan  peserta
                “polemik kebudayaan” .
                        Sementara itu partai-partai kebangsaan yang menjalankan politik
                kooperator,  yang  bersedia  bekerja  sama  dengan  pemerintah  kolonial,
                masih  terus  melanjutkan  proses  pertumbuhan  nasionalisme  Indonesia.
                Mereka  juga      berusaha  mencoba  setahap  demi  setahap  mendapatkan
                konsesi  kolonial  demi    semakin  terwujudnya  negara-nasional.  Dalam
                suasana  inilah    Sutomo,    pendiri  Budi  Utomo  ketika  ia  masih  muda
                (1908),  berhasil  mengajak  Budi  Utomo,  yang  telah  menjadi  partai
                kooperator  yang  terkemuka,    Sarekat  Sumatra,  Kaum  Betawi  –  tiga
                partai  yang  bercorak kedaerahan, bersama-sama melebur diri ke dalam
                Partai  Indonesia  Raya  (Parindra)  yang  didirikan  di  tahun  1935.  Maka
                setidaknya  pada  tingkat  nasional  kecenderungan  yang  disebut    Bung
                Hatta    “nasionalisme  kultural”  kini  secara  formal  telah  semakin
                mendekati  masa  berakhirnya.  Tetapi  harapan  untuk  mendapatkan
                konsesi  dari    pemerintah  kolonial    hanya  mengasilkan  kekecewaan
                belaka.
                         Dan  Perang  Pasifik  pun  telah  semakin  mendekat  juga.  Untuk
                beberapa  lama    kegelisahan  ideologis  dan  intelektual  menjangkiti
                kehidupan bangsa. Apakah akibat dari perang yang akan meletus ini bagi
                kehidupan bangsa?


                Perbenturan pemikiran ideologis dalam konteks negara –bangsa
                           Hatta    masih  berada  di  Banda  Neira,  di  pulau  kecil  tempat
                pengasingannya  ketika  ia  mengetahui  bahwa  Perang  Dunia  II  telah
                meletus.  Menanggapi  peristiwa  besar  ini  iapun  menulis  artikel  yang
                dengan tegas mengatakan  bahwa bagaimanapun  juga bangsa Indonesia
                harus berpihak   pada kekuatan demokratis. Kekuatan ini lebih memberi
                harapan  bagi  kemerdekaan    bangsa  daripada  kekuatan  fascisme.
                Meskipun  dengan    nada  yang  lebih  lunak,  suara  yang  sama
                dikumandangkan  juga  oleh  Bung  Karno,  dari  pengasingannya  di
                Bengkulu.
                        Akhirnya perembesan perang di Eropa terjadi juga. “Perang Asia
                Timur Raya” (Dai Toa senso)  menyebar ke Asia. Dan  perang pun bisa
                saja  membawa    berbagai  hal  yang  sebelumnya  tidak  terduga.  Maka
                begitulah,  ketika  tentara  Dai  Nippon  dalam  waktu  yang  relatif  sangat
                singkat berhasil mengalahkan pemerintah Hindia Belanda (Maret 1942)
                kedua  pemimpin  ini  ternyata  diperlukan  Jepang.  Maka  berbagai  corak




                24     Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37