Page 59 - Majalah Peradilan Agama Edisi XI
P. 59

OPINI


               negara sehingga telah disejajarkan    wakaf  kepada  Nazhir  atau   kepada  Pengadilan  Agama  untuk
               dengan  hak-hak  yang  terdapat       sama sekali tidak melaporkan.  menyelesaikan perselisihan mengenai
               dalam UUPA lainnya, misalnya Hak   5)  Sikap  serakah  dari  ahli  waris   benda  wakaf  dan  Nazhir.  Kata
               Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna       atau  sama  sekali  tidak  tahu   “perselisihan”  pada  pasal  tersebut
               Bangunan dan Hak Pakai. Namun         adanya  ikrar  wakaf  karena   menunjukkan  secara  jelas  bahwa
               demikian, perintah ayat (3) Pasal     tidak  diberitahu  oleh  orang   masalah (perkara) wakaf dan Nazhir
               49  tersebut  terjawab  setelah       tuanya -.                    merupakan    masalah   contentius
               berlakunya UUPA kurang lebih 17   b.  Bayyinah  (alat  bukti  administrasi   sehingga  perkara  wakaf  merupakan
               tahun,  ketika  setelah  pada  tahun   tanah  wakaf),  seperti  Akta  Ikrar   perkara contentius, sedangkan wakaf
               1977  pemerintah  menerbitkan      Wakaf,  Akta  Pengganti  Akta   yang  tidak  diperselisihkan  tidak
               Peraturan  Pemerintah  Nomor  28   Ikrar  Wakaf,  Serti ikat  Tanah   dianggap sebagai perkara contentius
               Tahun  1977  tentang  Perwakafan   Wakaf  dan  hal-hal  lain  yang   sehingga  bukan  perkara,  sekalipun
               Tanah Milik                        berhubungan  dengan  pencatatan   dapat  menimbulkan  sengketa  pada
               Menurut  Wakil  Ketua  Pengadilan   dan   pendaftaran   perwakafan   masa-masa sesudahnya.
            Tinggi  Agama  Kalimantan  Barat  Drs.   dan  tanah  wakaf  dan  termasuk   Pasal 62 ayat (2) Undang-Undang
            H.  Anshoruddin,  S.H.,  M.A  (2016)   Bayyinah adalah Saksi.         Nomo  41  Tahun  2004  menyebutkan
            bahwa  wewenang  Peradilan  Agama   c.  Pengelolaan  dan  pemanfaatan   penyelesaian  sengketa  perwakafan
            dalam masalah perwakafan tanah ini,   hasil wakaf, seperti penyimpangan   dilakukan  dengan  cara:  musyawarah
                                          7
            meliputi masalah-masalah berikut :    penggunaan     harta    wakaf   untuk  mufakat,  mediasi,  arbitrase,
            a.  Wakaf,  Wakif,  Ikrar,  Nazhir  dan   oleh   Nazhir   dan   lain-lain   atau  pengadilan.  Dan  penjelasan
               Saksi.   Kewenangan   dibidang     Kewenangan  Pengadilan  Agama   pasal tersebut di atas berbunyi “Yang
               ini  menyangkut  sah  tidaknya     dalam  menyelesaikan  masalah   dimaksud  dengan  mediasi  adalah
               perbuatan   mewaka kan,   yaitu    perselisihan/ sengketa wakaf juga   penyelesaian   sengketa   dengan
               yang  menyangkut  benda  yang      diatur  dalam  PP  No.  28  Tahun   bantuan  pihak  ketiga  (mediator)
               diwaka kan, wakif, ikrar, saksi dan   1977 Pasal 12 dan PERMENAG No.   yang disepakati oleh para pihak yang
               nazhir. Didalam hal ini perselisihan   1 Tahun 1978 Pasal 17:      bersengketa”.  Dalam  hal  mediasi
               banyak didorong oleh faktor yang
               mendorong seseorang untuk tidak       PP Nomor 28          1977 Kompilasi
               mengakui adanya ikrar wakaf atau      Tahun 1977            Hukum Islam       UU No. 41 Tahun 2004
               untuk  menarik  kembali  tanah   Pasal 12:             Pasal 226:            Pasal 62:
               (harta) yang telah diwaka kan baik   Penyelesaian      Penyelesaian          Penyelesaian sengketa
               oleh wakif atau oleh ahli warisnya .   perselisihan  sepanjang  perselisihan sepanjang   perwakafan ditempuh
               Faktor pendorongnya antara lain:  yang menyangkut      yang menyangkut       melalui musyawarah
               1)  Makin langkanya tanah        persoalan perwakafan   persoalan benda wakaf  untuk mencapai
               2)  Makin tingginya harga        tanah,  disalurkan    dan nazhir, diajukan   mufakat. Apabila
               3)  Menipisnya kesadaran beragama  melalui Pengadilan   kepada  Pengadilan   penyelesaian sengketa
               4)  Wakif  mewaka kan  seluruh   Agama setempat sesuai  Agama setempat sesuai  sebagaimana dimaksud
                  atau  sebahagian  besar  dari   dengan  ketentuan   dengan ketentuan      pada ayat (1) tidak
                  hartanya,  sehingga  dengan   peraturan perundang-  peraturan perundang-  berhasil, sengketa dapat
                  demikian       keturunannya   undangan yang berlaku  undangan yang berlaku. diselesaikan melalui
                  merasa  kehilangan  sumber                                                mediasi, arbitrase,
                  rezeki  dan  menjadi  terlantar                                           atau pengadilan.
                  kehidupannya, akibatnya tidak
                  mustahil  dijumpai  ahli  waris   Pasal  226  KHI  menyebutkan   tidak   berhasil   menyelesaikan
                  yang mengingkari adanya ikrar   “Penyelesaian perselisihan sepanjang   sengketa,  maka  sengketa  tersebut
                  wakaf  dari  orang  tuanya  dan   yang  menyangkut  benda  wakaf  dan   dapat dibawa kepada badan arbitrase
                  tidak mau menyerahkan tanah   Nazhir  diajukan  kepada  Pengadilan   syariah.  Dalam  hal  badan  arbitrase
                                               Agama  setempat  sesuai  ketentuan   syariah tidak berhasil menyelesaikan
               7     Disampaikan  oleh  Drs.  H.  Anshoruddin,   peraturan   perundang-undangan   sengketa,  maka  sengketa  tersebut
            S.H.,  M.A;  Wakil  Ketua  Pengadilan  Tinggi  Agama,
            Kalimantan Barat, Penyelesaian Sengketa Perwakafan   yang  berlaku”.  Pasal  tersebut  di   dapat  dibawa  ke  pengadilan  agama
            Di Indonesia dalam Perspektif Hukum Islam Dan   atas   memberikan   kewenangan   dan/atau mahkamah syariah.
            Hukum Nasional*, https://www.pta-pontianak.go.id h.
            5-6



                                                                      MAJALAH PERADILAN AGAMA  Edisi 11 | April 2017  57
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64