Page 67 - Majalah Peradilan Agama Edisi XI
P. 67
TOKOH KITA
“Kalau teori, dosen yang lebih tahu. Ketika menjadi asisten hakim agung disiplin kerja yang dicontohkan Edi
Tapi kalau praktik, saya lebih tau,” yang juga mantan Wakil Ketua MA, Pak Riadi. “Jangan menunda pekerjaan.
kata Pak Edi meyakinkan diri. Syamsuhadi Irsyad, sering kali setiap Begitu ada pekerjaan, selesaikan dulu.
Akhirnya ujian disertasi jam 7 pagi, Pak Syamsu menelepon Waktu PTA juga kalau saya mau keluar
dibawanya menjadi suasana santai Pak Edi untuk memastikan apakah kantor, saya pastikan pekerjaan telah
diselingi tertawa para penguji dan Pak Edi sudah di kantor atau belum. saya selesaikan lebih dahulu,” kata
pengunjung sidang terbuka promosi “Saya tidak tahu, Pak Syamsu ini Pak Edi.
doktor. Tak disangka, suasana ujian maksudnya menguji saya atau bukan,” Pesan kedua, rajinlah membaca.
disertasi yang santai dan penuh canda kata Edi Riadi. Pak Edi mengakui bahwa ia bukan
itu kemudian tereplikasi ketika Pak Meskipun tinggal di Bogor, Pak ahli baca kitab. Tapi ia prihatin jika
Edi diuji sebagai calon hakim agung di Edi tidak pernah terlambat ke kantor mendengar ada hakim peradilan
Komisi Yudisial maupun di DPR. di Jakarta. Ia berangkat dari Bogor agama apalagi calon pimpinan yang
sebelum Subuh. Sholat Subuh di belum lancar membaca kitab. Pak
Pesan Pak Edi stasiun Kereta Api. Bahkan waktu Edi setiap hari menyempatkan diri
Melalui redaktur Majalah bekerja di PTA Jakarta, kalau jam membaca kitab-kitab ikih, kitab
Peradilan Agama, Pak Edi berpesan tujuh pagi baru sampai kantor itu hadits atau kitab lainnya. Dari
kepada hakim-hakim juniornya. dianggapnya terlambat, karena alokasi waktunya, ia pasti sempatkan
Pertama, disiplin waktu dan disiplin biasanya jam enam ia sudah standby membaca kitab kuning, selembar atau
kerja. di ruangannya. pun dua lembar.
Pak Edi dikenal sangat disiplin. Itu salah satu disiplin waktu dan |Mahrus AR, Photo: Abdul Rahman|
Dr. H. Edi Riadi, S.H., M.H.
“Gagasannya Out of
the Box”
Dr. Edi Riadi cukup dikenal sebagai hakim progresif yang sangat
menguasai hukum acara dan teknis yudisial. Banyak gagasannya
yang out of the box dan cenderung berbeda dengan arus pemikiran
mainstream di lingkungan peradilan.
Kepada Tim Redaksi Majalah Peradilan Agama, ia panjang lebar
berbagi ide mengenai pembaruan pemikiran dan manajemen
kelembagaan. Karena keterbatasan ruangan, edisi kali ini hanya
menyajikan beberapa butir gagasannya sebagai berikut:
• Perkara cerai cukup hakim tunggal & ‘Isbat Cerai’
Menurut Edi Riadi, proses penyelesaian perkara khususnya di
bidang perceraian harus ada perubahan hukum acaranya. Saat ini
hukum acara HIR dan RBG digunakan untuk masalah kebendaan,
bukan untuk masalah-masalah kekeluargaan.
Hukum acara di pengadilan agama lebih mengedepankan aspek
litigasi, pembuktian-pembuktian. Padahal masalah perceraian
dan akibatnya seharusnya mediasi yang dikedepankan.
“Bayangkan, sekarang boleh saja Mahkamah Agung
MAJALAH PERADILAN AGAMA Edisi 11 | April 2017 65