Page 199 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 199

juga! Pengalaman ini sungguh dahsyat dan tidak mungkin dapat terlupa selama

               hidupnya. Kebesaran dan  kekuasan alam nampak nyata. membuat dia merasa

               kecil tak berarti, kosong dan remeh sekali!


               Sin  Liong  dan  Swat  Hong  yang  dipeluknya  tidak  tahu  lagi  berapa  lamanya

               mereka berada di tempat itu. Siang malam tiada bedanya, yang tampak hanya

               kegelapan,  air,  dan  kadang-kadang  kilatan  cahaya  halilintar.  Yang  terdengar

               hanyalah  gemuruh  air,  angin  menderu,  dan  kadang-kadang  ledakan  halilintar.

               Tidak memikirkan dan merasakan apa-apa, yang ada hanya takjub dan ngeri! Di

               luar tahunya dua orang itu, mereka telah berada di pulau batu karang selama

               sehari semalam! Akhirnya badai mereda, badai yang ditimbulkan oleh ledakan

               gunung berapi di bawah laut! Kegelapan mulai menipis, akhirnya tampak kabut

               putih bergerak perlahan meninggalkan tempat itu, air mulai tenang dan menurun,

               akhirnya tampaklah sinar matahari disusul oleh bola api itu sendiri setelah kabut

               terusir  pergi.  Tampaklah  lautan  luas  terbentang  di  bawah  dan  baru  sekarang

               ternyata oleh dua orang muda itu bahwa mereka duduk dipuncak batu karang

               yang amat tinggi!

               Swat Hong mengeluh, baru terasa betapa penat tubuhnya, betapa luka-luka kecil


               dari kulitnya yang lecet-lecet, dan betapa haus dan lapar leher dan perut!

               "Sumoi, badai sudah mereda. Mari kita turun. Aihh, itu perahu kita. Untung tidak

               pecah," kata Sin Liong


                dan dia       menggandeng tangan sumoinya,               menuruni batu

               karang..Perahu mereka tidak pecah, akan tetapi layar dan dayungnya lenyap. Sin

               Liong mengangkat perahu itu,


                membawanya           turun  kebawah.       "Mari kita  lekas  pulang,


               Sumoi.         Biar  kudayung dengan  kedua tangan." Swat               Hong        duduk
               didalam  perahu,  mengeluh  lagi  dan  berkata  penuk  kegelisahan,  "Bagaimana


               dengan Pulau Es? Badai mengamuk demikian hebatnya, Suheng."




                                                           198
   194   195   196   197   198   199   200   201   202   203   204