Page 200 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 200

Aku  tidak  tahu,  mudah-mudahan  mereka  selamat.  Maka,  kita  harus  cepat

               pulang."  dia  lalu  menggunakan  kedua  tangannya  yang  kuat  sebagai  dayung.

               Perahu bergerak, meluncur di atas air yang tenang dan licin seperti kaca, sama

               sekali  tidak  ada  tanda-tanda  di  permukaan  air  bahwa  air  itu  telah  mengamuk

               sedemikian hebatnya baru-baru ini. Tak lama kemudian Sin Liong medapatkan

               dayung yang dipatahkan dari batang pohon yang hanyut di air. Agaknya pulau-

               pulau kecil disekita tempat itu telah diamuk badai sedemikian hebatnya sehingga

               pohon-pohon tumbang dan terbawa air. Setelah keadaan cuaca terang kembali,

               Sin  Liong  dapat  menentukan  arah  perahu  dan  tak  lama  kemudian  tampaklah

               Pulau Es dari jauh. Kelihatannya masih seperti biasa, sebuah pualu keputihan

               memanjang di kaki langit, berkilaun tertimpa sinar matahari. Hati mereka lega.

               Dari jauh kelihatannya tidak terjadi perubahan di pulau itu. Setelah agak dekat,

               mereka melihat pula puncak atap istana di Pulau Es, maka legalah hati mereka.

               Hati Sin Liong mulai berdebar tegang ketika perahunya sudah menepel di Pulau

               Es. Keadaannya begitu sunyi. Sunyi dan mati! Tidak kelihatan seorang pun di

               pantai, bahkan tidak tampak sebuah perahu pun. Dan bukit-bukit es tidak seperti

               biasanya, kacau balau tidak karuan dan berubah bentuknya! Dengan hati tidak

               enak kedua orang muda itu belari-lari ketengah pulau. Makin ke tengah, makin

               pucat wajah mereka. Tidak ada seorang pun kelihatan, dan juga pondok-pondok

               yang biasanya terdapat di sana-sini, sekarang habis sama sekali. Tidak ada sebuah


               pun pondok yang

               tampak! Seolah-olah semua telah disapu bersih, tersapu bersih dari pulau itu.


               "Auhhhh...!" Swat Hong berdiri dengan muka pucat, kedua kakinya menggigil.

               "Mari kita ke istana, Sumoi!" Sin Liong yang berkata dengan suara bergetar lalu

               menyambar  lengan  sumoinya  dan  diajaknya  dara  itu  lari  ke  dalam  istana.

               Beberapa kali terdengar Swat Hong mengeluarkan seruan tertahan, dan Sin Liong

               juga  kaget  bukan  main.  Mereka  seperti  memasuki  sebuah  kuburan!  Sunyi,

               kosong, dan tidak ada bekas-bekasnya tempat itu didiami manusia! Habis sama




                                                           199
   195   196   197   198   199   200   201   202   203   204   205