Page 250 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 250

tidak berdaya, berarti mengurangi bahaya. Dia harus berhati-hati, maklum bahwa

               dia mempunayi banyak musuh. Siapa tahu kalau Lu-san Lojin yang termasuk

               golongan  putih  itu  juga  memusuhi.  Andaikata  tidak  sekalipun,  mana bisa  dia

               melepaskan dua orang muda yang cantik jelita dan tampan itu?


               Pat-jiu Kai-ong duduk lagi di ruangan tadi sambil melanjutkan minum arak. Dia

               maklum bahwa malam ini dua belas orang pengawalnya menjaga dengan tertib

               dan  penuh  kewaspadaan.  Ingin  dia  tertawa  keras-keras  mengusir  kesunyian

               malam yang mendatangkan perasaan tidak enak. Hemmm, Ratu Pulau Es? Hanya

               dongeng!

               Pembunuh ayam itu tidak perlu ditakuti. Andaikata dia mampu mengalahkan dua

               belas orang pengawalnya, hal yang sukar dipercaya, masih ada dia sendiri. Hiat-

               ciang Hoat-sut, ilmu yang dilatihnya belasan tahun kini telah dapat diandalkan.

               Tadipun,  hanya  menggunakan  sebagian  kecil  tenaganya  saja,  ilmu  itu  telah


               merobohkan Lu-san Lojin. Dia tidak takut!

               "Aku  tidak  takut!"  serunya  kuat-kuat.  "Datanglah  kamu,  hai  Ratu  Pulau  Es

               keparat! Ha-ha-ha!" Para pelayan sudah menyalakan lampu-lampu penerangan

               dan atas perintah para pengawal, pelayan-pelayan ini menambah jumlah lampu

               sehingga keadaan di seluruh gedung itu menjadi terang. Setelah menyuruh para

               pelayan membersihkan meja di ruangan itu, dan sekali lagi memanggil kepala

               pengawal  dan  menekankan  agar  penjagaan  diperketat  dan  selalu  diadakan

               perondaan bergilir, Pat-jiu Kai-ong lalu duduk bersila di dalam ruangan itu untuk

               mengumpulkan tenaga dan mempertajam pendengarannya sehingga biarpun dia

               berada  di  dalam  istana,  namun  dia  ikut  pula  menjaga  dan  meronda

               mempergunakan ketajaman pendengarannya untuk menangkap semua suara yang

               tidak wajar di luar istana. Malam makin larut dan keadaan sunyi sekali di istana

               itu dan sekitarnya. Para pelayan yang mendengar dari para pengawal, dengan

               muka  pucat  tinggal  berkelompok  di  kamar  seseorang  di  antara  mereka,  tidak

               berani membuka suara dan hanya saling pandang dengan mata penuh rasa takut.




                                                           249
   245   246   247   248   249   250   251   252   253   254   255