Page 257 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 257
tidak mampu melakukan perlawanan..Tiga orang pengawal saling pandang
dengan muka pucat. Melihat muka mereka,
Pat-jiu Kai-ong
menjadi penasaran dan merah sehingga timbul kembali keberaniannya yang tadi
agak berkurang karena jerih. Dia berteriak memaki, "jahanan pengecut! Hayo
keluarlah dan lawan aku Pat-jiu Kai ong!" Setelah dia mengeluarkan katakata ini
dengan suara nyaring, keadaan menjadi sunyi sekali, sunyi yang amat
menggelisahkan damn menyeramkan, seolah-olah dalam kegelapan dan
kesunyian malam itu tampak mulut iblis menyeringai dan menanti saat untuk
menerkam dan mencabut nyawa ! Pat-jiu Kai-ong makin penasaran. Dia sendiri
adalah seorang manusia yang dikenal sebagai iblis, jarang menemui tandingan
dan ditakuti banyak orang dari semua golongan. Akan tetapi malam ini dia, Raja
Pengemis yang menjadi ketua Pat-jiu Kai-pang yang terkenal, memiliki anggauta
ratusan orang banyaknya, seorang di atara datuk kaum sesat atau golongan hitam
yang ditakuti orang, dia dipermainkan orang! Dan orang itu, kalau melihat
namanya sebagai ratu tentulah seorang wanita! Apa lagi dia melihat bahwa bekas
jari tangan di dahi para korban itu pun jari tangan wanita yang kecil meruncing!
"Hem, pengecut benar dia, "katanya kepada tiga orang pengawalnya yang diam-
diam telah kehilangan separuh dari nyali mereka. "Kita harus menggunakan
pancingan. Biar aku mengintai dari atas, kalian berjalan-jalan di sini. kalau dia
muncul menyerang, aku tentu dapat melihatnya dan aku akan meloncat turun.
Bersiaplah kalian!" Setelah berkata demikian, dengan gerakan ringan seperti
seekor kelelawar, Pat-jiu Kai-ong melompat ke atas genteng dan mendekam di
wuwungan sambil mengintai. Dia melihat tiga orang pengawalnya itu masing-
masing telah mencabut senjata mereka. Si Brewok menggunakan sebatang
tombak panjang yang ujungnya berkait, orang ke dua mengeluarkan golok besar
dan orang ketiga sebatang pedang. Mereka berdiri saling membelakangi dan mata
mereka memandang tajam ke depan, telinga mereka memperhatikan setiap suara.
256