Page 339 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 339
"Hemm... dua ekor binatang akan berkelahi, apa anehnya? Hanya kalau manusia
sudah mencampurinya, maka manusia itu lebih rendah daripada binatang!"
"Eh, tahan tuh mulut!" Soan Cu membentak dan menudingkan telunjuknya ke
arah mulut kakek gagah itu. Dara ini tidak lagi dapat menahan kemarahan hatinya
mendengar ucapan yang menghina tadi. "Kami melerai karena yakin bahwa
kucing hutan busuk ini tentu akan mampus dirobek-robek oleh biruang kami,
engkau ini orang tua tidak berterima kasih, malah mengucapkan kata-kata
menghina!" Sepasang mata kakek itu besinar-sinar, bukan hanya marah akan
tetapi juga kagum. Kakek ini memang orang aneh. Melihat keberanian orang, apa
lagi seorang dara muda seperti Soan Cu yang pada saat itu muncul kembali sifat
liarnya karena marah, dia kagum bukan main. Kakek ini adalah Siangkoan Houw
yang terkenal dengan julukan Tee-tok (Racun Bumi), seorang gagah yang jujur
dan terbuka sikapnya, maka kasar sekali dan kalau dia sudah marah, kejamnya
melebihi harimau peliharaannya. Dia terkenal sekali di dunia kang-ouw sebagai
seorang di antara tokoh-tokoh besar. Dia hidup di Puncak Awan Merah itu
dengan tentram, bersama puteri tunggalnya, yaitu gadis cantik yang datang
bersamanya dan yang sejak tadi diama saja. Tee-tok Siangkoan Houw sudah
duda, dan hanya hidup berdua dengan puterinya yang bernama Siangkoan Hui.
Adapun orang-orang lain yang berada di situ adalah para murid-muridnya yang
juga menjadi anak buahnya, kurang lebih lima belas orang banyaknya, di
antaranya seorang kakek yang usianya sebaya dengan dia dan rambutnya sudah
putih semua. Kakek inilah yang merupakan murid kepala dan yang telah memiliki
kepandaian tinggi pula, bernama Thio Sam dan berjuluk Angin Mo-ko (Iblis
Awan Merah). "Bagus sekali!" Kakek ini memuji. "Kalau begitu, mari kitas
adukan kedua binatang itu.
Hendak kulihat apakah benar-benar biruangmu dapat mengalahkan harimauku!"
"Boleh!" Soan Cu menjawab.
338