Page 377 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 377

saja  pedangnya  terlepas  dari  pegangan  ketika  bertemu  dengan  gelang  di

               pergelangan  tangan  kiri  ketua  Bu-tong-pai  itu!  Ketika  dia  dan  ayahnya

               memandang, ternyata wanita itu telah lenyap


               dan  tahu-tahu  terdengar  jerit-jerit  mengerikan  dari  kiri.  Ketika  mereka

               memandang, ternyata wanita itu telah merobohkan dua orang laki-laki yang tadi

               mencoba mencuri tongkat pusaka. Dua orang laki-laki itu roboh dengan kepala

               pecah disambar jari-jari tangan Kwat Lin yang marah. Setelah membunuh kedua

               orang  itu,  sekali  meloncat  Kwat  Lin  sudah  kembali  menghadapi  dua  orang

               lawannya. kini dialah yang menerjang, menyerang dengan kedua tangan terbuka,

               cepatnya  bukan  main  sehingga  ayah  dan  anak  itu  terpaksa  mudur  sambil

               melindungi tubuhnya dengan pedang. Seru dan indah dipandang pertandingan itu.

               Tubuh Kwat Lin lenyap dan hanya kadang-kadang saja tampak, bergerak-gerak

               di antara gulungan dua sinar pedang. Dia seloah-olah seorang penari yang amat

               indah  dan  lemah  gemulai  gerakannya,  seperti  sedang  bermain-main  dengan

               gulungan sinar pedang yang dipandang sepintas lalu seperti dua helai selendang

               yang di mainkan oleh wanita itu.

               Tiba-tiba kedua orang ayah dan anak itu mengeluarkan pekik yang menggetarkan


               bumi dan tampak mereka menerjang secara berbareng dari depan dengan pedang
               terangkat ke atas dan membacok sambil meloncat. Inilah jurus paling ampuh dari


               ilmu pedang mereka lakukan dengan berbareng, jurus terakhir dari Hok-liong-

               kiam-sut (Ilmu Pedang Naga). Serangan ini demikian dahsyatnya sehingga tidak

               memungkinkan lawan yang diserangnya untuk mengelak lagi karena jalan keluar

               sudah  tertutup  dan  ke  mana  pun  lawan  mengelak,  ujung  pedang  tentu  akan

               mengejar terus.

               Akan tetapi, sambil tersenyum Kwat Lin tidak menghindarkan diri sama sekali

               tidak mengelak, bahkan menubruk ke depan, tiba-tiba ketika tubuh Coa Khi yang

               meloncat ke atas itu sudah dekat dan pedang pemuda itu sudah menyambar ke

               arah kepalanya, dia menjatuhkan diri ke bawah, berjongkok dan kedua tangannya




                                                           376
   372   373   374   375   376   377   378   379   380   381   382