Page 435 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 435

Kita kembali kepada lima orang yang pada hari itu berada di tepi rawa. Tiga orang

               di antara mereka laki-laki tua berusia antara lima puluh sampai enam puluh tahun.

               Seorang lagi adalah laki-laki berusia tiga puluh tahun, berwajah tampan gagah

               dan bertubuh tegap, sedangkan wanita itu masih muda, seorang gadis berusia

               paling banyak enam belas tahun, tubuhnya langsing dan wajahnya manis namun

               sepasang matanya mengandung sinar keras. Wanita itu bukan lain adalah Bu Swi

               Nio dan laki-laki muda tampan gagah itu adalah penolongnya ketika dia hendak

               membunuh diri setelah malam itu dia diperkosa oleh Pangeran Tang Sin Ong!


               Bagaimana dia sekarang bersama laki-laki dan tiga orang kakek dapat berada di

               tepi Rawa Bangkai?

               Malam itu, setelah diperkosa oleh Pangeran Tang Sin Ong dalam keadaan mabok

               dan tidak sadar, Swi Nio


               hendak membunuh diri dengan pedang, akan tetapi dia


               dicegah oleh laki-laki yang ternyata adalah seorang

               mata-mata dari An Lu Shan. Dia dapat diingatkan oleh laki-


               laki itu bahwa membunuh diri bukanlah jalan.terbaik untuk membalas sakit hati,

               maka Swi Nio lalu ikut dengan orang itu

               dan menjadi petunjuk jalan


               sehingga mata-mata itu berhasil menyelamatkan diri bersama Swi Nio, keluar

               dari  tembok  Bu-tong-pai.  Kedua  orang  ini  tanpa  bicara  melarikan  diri  terus

               dengan  cepatnya  sampai  matahari  naik  tinggi  dan  mereka  tiba  di  kaki

               Pegunungan  Bu-tong-san,  barulah  mereka  berhenti  mengaso  di  dalam  sebuah

               hutan lebat. Begitu duduk di bawah pohon melepaskan lelah, Swi Nio teringat

               akan nasib yang menimpa dirinya, maka serta merta dia menangis mengguguk.


               Laki-laki itu memandang ke arahnya dan menghela napas panjang,  mengepal

               tinju  dan  hanya  mendiamkannya  saja  karena  pengalamannya  membuat  dia

               mengerti bahwa dalam keadaan berduka seperti itu, tidak ada obat yang lebih baik



                                                           434
   430   431   432   433   434   435   436   437   438   439   440