Page 438 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 438

dan mengajar ilmu silat, dia hidup lumayan. Namun isterinya merasa kecewa

               setelah tiga bulan menikah, belum juga ada tanda-tanda mengandung, maka dia

               mengijinkan isterinya untuk bersembahyang ke kelenteng untuk minta berkah

               agar isterinya dapat memperoleh keturunan secepatnya.


               "Akan tetapi mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Menjelang senja,

               setelah  pergi  sejak  pagi,  barulah  isterinya  pulang  dan  turun  dari  joli  dalam

               keadaan  payah,  mukanya  pucat  dan  basah  air  mata.  Sambil  menangis

               sesenggukan  isterinya  lari  ke  dalam  rumah,  menjatuhkan  diri  dan  berlutut  di

               depan  kakinya  sambil  menceritakan  bahwa  ketika  tadi  bersembahyang  di

               kelenteng,  kebetulan  di  kelenteng  itu  terdapat  putera  bangsawan  Lui  yang

               bermain catur dengan para hwesio. Melihat dia, putera bangsawan menyeretnya

               ke  dalam  kamar  di  kelenteng  dan  memperkosanya!  Setelah  mengucapkan

               pengakuan  yang  hebat  itu,  isterinya  lari  ke  dalam  kamar  sambil  menangis

               sesenggukan. hati Toan Ki terasa tidak enak. Tadi dia termangu-mangu seperti

               patung saking marah dan dukanya mendengar penuturan isterinya sehingga dia

               agak lalai membiarkan isterinya lari. Cepat dia mengejar dan melihat pintu kamar

               isterinya dipalang dari dalam, ia menendang pecah daun pintu! Dia berdiri pucat

               dan terbelalak. Apa yang dilihatnya?

               "Isteriku  telah  rebah  mandi  darah  di  lantai!  Pedangku  ia  pergunakan  untuk


               membunuh diri, menusuk dadanya hampir tembus!" Dia mengakhiri ceritanya

               sambil  menutupkan  kedua  tangan  di  depan  mukanya.  "Ohhh....!!"  Swi  Nio

               menjadi pucat sekali dan dia menyentuh lengan Toan Ki dengan penuh perasaan

               terharu. "Putera bangsawan dan hwesio-hwesio

               keparat        itu    harus  dihukum!       Dan  aku  akan  membantumu,


               Liem-twako!"

               Toan Ki menurunkan tangannya, memegang tangan Swi Nio dengan erat. Mereka

               saling  berpegangan  dan  saling  menggenggam  tangan.  "Kita  senasib,  Nona.

               Karenanya ada kecocokan di antara kita dan karenanya aku menolongmu pagi



                                                           437
   433   434   435   436   437   438   439   440   441   442   443