Page 441 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 441

"Aku sengaja mengutus Ngo-wi (kalian Berlima) untuk menjajaki hati wanita

               berilmu  tinggi  apakah  benar-benar  dia  hendak  bersekutu.  Bu  Swi Nio  adalah

               muridnya,  maka  aku  mengutusnya  untuk  mengukur  hati  gurunya.  Kalau  dia

               benarbenar hendak bersekutu, tentu dia tidak akan marah kepada muridnya yang

               telah  melarikan  diri  dan  menjadi  pembantuku.  kau  menemani  dan  menjaga

               tunanganmu, Toan Ki. Dan Pangcu bersama dua orang Lo-enghiong hendaknya

               menguji  kepandaian  mereka  yang  hendak  bersekutu,  di  samping  melindungi

               mereka berdua ini kalau-kalau terancam bahaya." Demikianlah maka pada pagi

               hari  itu,  lima  orang  kaki  tangan  An  Lu  Shan  ini  telah  berada  di  tepi  Rawa

               Bangkai. Mereka memandang ke arah pulau di tengah-tengah rawa yang tampak

               dari tempat itu dalam jarak yang cukup jauh dan mereka memandang permukaan

               rawa dengan wajah membayangkan kengerian. Sudah banyak mereka mendengar

               akan  bahayanya  melintasi  rawa  itu.  "Saya  hanya  baru  satu  kali  mengunjungi

               tempat ini bersama Subo," terdengar Swi Nio menerangkan ketika dia ditanya

               oleh  teman-temannya,  "dan  ketika  itu  kami  mengikuti  Kiam-mo  Cai-li  yang

               membawa  kami  berlompatan  dari  tempat  ini  ke  pulau  itu.  Setiap  lompatanya

               membawanya  ke  tanah  keras  dan aman,  akan  tetapi  tentu  saja  aku  tidak  bisa

               mengingat  lagi  karena  dia  melompatlompat  ke  tanah  kiri,  kadang-kadang

               membalik lagi."


               "Hemmm, tentu merupakan jalan rahasia yang sukar diketahui orang luar," kata

               Pat-jiu Mo-kai sambil meraba-raba dagunya yang berjenggot panjang.


               "Dan menurut Kiam-mo Cai-li, katanya meleset sedikit saja merupakan bahaya

               maut karena di sepanjang jalan penuh dengan jebakan alam. Kadang-kadang dia

               membawa kami meloncat ke bagian yang ada airnya, sampai saya merasa ngeri,

               akan tetapi ternyata bagian itu airnya hanya semata kaki, sedangkan tanah yang

               kelihatan kering di dekatnya, menurut keterangannya, bahkan merupakan tempat

               berbahaya sekali. Ketika pulang ke Bu-tong-san, Subo sendiri mengatakan bahwa

               dia tidak akan berani lancang menempuh jalan ini sendirian saja karena dia pun




                                                           440
   436   437   438   439   440   441   442   443   444   445   446