Page 657 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 657
menahan isak, menarik napas panjang dan menghapus air matanya, lalu
memandang kepada pemuda itu, memegang tangan Kwee Lun.
"Kwee-toako, terima kasih atas peringatanmu. Hampir aku lupa akan tugasku.
Memang benar, sudah berani hidup harus berani menghadapi apa pun yang
menimpa
kita. Engkau sungguh baik sekali, Toako. Engkau
sendiri menderita, kehilangan Soan Cu, namun masih
menghiburku......".Kwee Lun mengangkat mukanya dan memejamkan mata.
"Benar.....aku mencinta Soan Cu.......
aku mencintanya......"
"Dan aku mencintai Suheng. Betapa buruk nasib kita, Toako. Engkau sendiri
menderita, kehilangan Soan Cu, namun masih menghiburku......"
Kwee Lun mengangkat mukanya dan memejamkan mata.
"Benar.... aku mencinta Soan Cu.... aku mencintanya........"
"Dan aku mencinta Suheng. Betapa buruk nasib kita, Toako. Akan tetapi, kau
masih mempuyai Gurumu, sedangkan aku hanya seorang diri..... ah, sudahlah.
Aku akan pergi, Toako. Semoga engkau akan dapat menemukan kebahagiaan
dalam hidupmu. Engkau baik sekali dan terima kasih."Swat Hong berkelebat dan
meloncat pergi.
"Nanti dulu! Hong-moi.... biarlah aku membantumu....." "Tidak usah, Kwee-
toako. Aku akan menyusul mereka ke Puncak Awan Merah, kemudian aku akan
kembali ke Pulau Es.... untuk.... untuk selamanya. Selamat tinggal!" Swat Hong
meloncat dengan cepat sekali dan sebentar saja dia sudah lenyap meninggalkan
Kwee Lun yang menjadi lemas. Pemuda ini menjatukan dirinya duduk di atas
tanah dan baru sekarang dia tidak dapat menahan bertitiknya air matanya dan
baru sekarang terasa olehnya betapa dia kehilangan Soan Cu, betapa dunia terasa
amat hampa dan sunyi. Berkali-kali dia menarik napas panjang dan teringatlah
656