Page 161 - Buku Handbook HC Policy V1,0-23122020
P. 161

Hubungan Industrial


        Pemeriksaan Pelanggaran (5 dari 6)



        Pernyataan Kebijakan (lanjutan):
        12. Tindakan Sela (lanjutan):
               4.  Jenis Tindakan Sela meliputi:
                      1.  Pergeseran Unit Kerja;
                      2.  Pembebasan Tugas;
                      3.  Pe-non aktifan.
               5.  Tindakan Sela dapat dilakukan sejak mulai diketahuinya suatu pelanggaran dan pelaksanaanya dapat dilakukan
                  setelah mendapatkan usulan dari SPI dan/atau MDW/MDP;
               6.  Karyawan yang dijatuhi tindakan sela dapat dilakukan penundaan haknya untuk:
                      1.  Mengikuti pendidikan dan latihan;
                      2.  Mengikuti proses assessment;
                      3.  Mendapatkan kenaikan golongan jabatan/grade;
                      4.  Mendapatkan bonus atau tambahan bonus/dengan nama lain.
               7.  Jika kemudian Karyawan yang dijatuhi Tindakan Sela tersebut tidak terbukti bersalah atau dibebaskan dari sanksi,
                  maka hak-hak sebagaimana tersebut pada Point 6 diberikan/dibayarkan secara penuh;
               8.  Alasan Berakhimya Tindakan Sela:
                      1.  Apabila jangka waktu Tindakan Sela yang tercantum dalam Surat Penjatuhan Tindakan Sela telah
                          berakhir dan tidak diikuti dengan perpanjangan/pembaruan Tindakan Sela, maka Tindakan Sela
                          berakhir dengan sendirinya dan tanpa memerlukan surat pengakhiran Tindakan Sela;
                      2.  Tindakan Sela berakhir ketika diterbitkan Surat Pengakhiran Tindakan Sela meskipun jangka waktunya
                          belum berakhir;
                      3.  Jika sanksi telah ditetapkan, yaitu berupa SP maupun PHK, maka Tindakan Sela berakhir dengan
                          sendirinya dan tanpa memerlukan surat pengakhiran Tindakan Sela;
                      4.  Jika telah diterbitkan surat yang menyatakan pembebasan dari sanksi, maka Tindakan Sela berakhir
                          dengan sendirinya dan tanpa memerlukan surat pengakhiran Tindakan Sela.
        13. Dalam hal Karyawan akan dilakukan Proses Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) berdasarkan hasil Rapat Direksi, maka dapat
           dilakukan Skorsing yang diatur lebih lanjut dalam peraturan tentang PHK.
        14. Permohonan Keberatan:
               1.  Permohonan keberatan adalah upaya yang dilakukan Karyawan terhadap SP yang dijatuhkan oleh Pejabat
                  berwenang;
               2.  Permohonan keberatan disampaikan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak SP diterima Karyawan;
               3.  Pejabat berwenang segera memproses permohonan keberatan sejak permohonan diterima;
               4.  Status dari SP yang dimohonkan keberatan tetap dinyatakan sah dan dapat langsung dilaksanakan, sehingga
                  pengajuan keberatan tidak menunda pelaksanaan SP;
               5.  Keberatan dapat dikabulkan apabila terdapat alasan-alasan berupa:
                      1.  Novum, yaitu:
                             1.  Adanya keadaan baru yang diduga kuat apabila keadaan baru itu diketahui, ditemukan, atau
                                 dikemukakan pada waktu proses pemeriksaan, dapat menjadi faktor atau alasan untuk
                                 membebaskan pemohon dari segala ancaman sanksi, atau sanksi yang dijatuhkan
                                 kemungkinan akan lebih ringan;
                             2.  Adanya bukti-bukti baru yang belum diketahui, ditemukan, atau dikemukakan pada waktu
                                 proses pemeriksaan, dimana apabila bukti-bukti tersebut dikemukakan pada waktu proses
                                 pemeriksaan, dapat menjadi faktor atau alasan untuk membebaskan pemohon dari segala
                                 ancaman sanksi, atau sanksi yang dijatuhkan kemungkinan akan lebih ringan.
                      2.  Adanya penjatuhan sanksi dan/atau penetapan/pernyataan tentang sesuatu hal yang saling
                          bertentangan antara satu dengan yang lainnya pada kasus pelanggaran yang sama yang diatur dalam
                          PKB;
                      3.  Adanya kekeliruan yang nyata mengenai hal yang bersifat materil di dalam SP yang telah dijatuhkan.












                                                      161
   156   157   158   159   160   161   162   163   164   165   166