Page 346 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 346
Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan
poin-poin yang tidak jelas (secara harfiah: ‘menembus kulit’) dan
menganalisa prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya, juga
mengilustrasikan ulasan Vritti, menjernihkan banyak kesukaran
pemahaman (secara harfiah: ‘menghilangkan dan mematahkan
rambut dan jenggot jagung’). 327
Cendekiawan yang berkemampuan tinggi dapat menguasainya
dalam waktu tiga tahun. Usaha atau potensi positif yang diperoleh
adalah sama dengan mempelajari Chunqiu dan Yijing di Tiongkok.
VII. Bhartrihari-sastra
Selanjutnya, ada Bhartrihari-sastra. Ini adalah ulasan mengenai
Curni sebelumnya, dan merupakan karya dari cendekiawan besar,
Bhartrihari. Berisi 25.000 sloka dan sepenuhnya membahas prinsip-
prinsip kehidupan manusia dan ilmu tata bahasa, juga mengenai
sebab-sebab kesejahteraan atau kemerosotan dalam keluarga.
Bhartrihari sepenuhnya menguasai ajaran tentang ‘pengetahuan
semata’ (Vidyamatra), dan secara terampil membahas tentang hetu
(sebab) serta udaharana (contoh logika). Cendekiawan ini sangat
328
terkenal di seluruh lima wilayah India dan kualitas luar biasanya
dikenal di mana-mana (secara harfiah: ‘di delapan penjuru’). Beliau
sangat meyakini Triratna (yakni Ratnatraya) dan secara tekun
bermeditasi tentang ‘dua shunyata.’ Karena bertekad menghayati
329
327 Di sini Yi Jing memaparkan arti Curni. Curni artinya ‘menggerinda,’ dan
Curni digunakan sebagai judul dari ulasan Patanjali. Tak diragukan lagi, Curni
merujuk pada karya penting Patanjali, yakni Mahabhashya, di mana menurut
Prof. Max Müller, Patanjali dijuluki Curnikrit atau Curnikara, artinya penulis
Curni. Lihat ‘India, what can it teach us?’ (1883). Mengenai Mahabhashya, lihat
History of Indian Literature oleh Weber, dan catatan Kielhorn dalam Indian
Antiquary (Maret 1886).
328 Di dalam teks, tidak ada kata ‘hetuvidya,’ sebagaimana terjemahan M.
Fujishima, Journal Asiatique 1888.
329 Dua shunyata artinya ‘baik atman maupun dharma (pengalaman)
hanyalah bersifat shunya (tidak bersifat hakiki).’ Kadang-kadang disebut
332