Page 347 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 347
Bab XXXIV — Cara Pembelajaran di India
Dharma yang luar biasa, beliau menjadi biksu pengembara, tetapi
karena dikuasai oleh keinginan indrawi beliau kembali menjadi umat
awan. Dengan demikian tujuh kali beliau menjadi biksu, dan tujuh
kali kembali menjadi umat awam. Kecuali orang yang meyakini sebab
dan hasil, mereka tak akan berupaya keras seperti dirinya. Beliau
330
menulis gatha berikut, penuh kecaman terhadap diri sendiri:
Karena keterpikatan pada kesenangan indrawi, saya kembali ke
kehidupan awam.
Ketika bebas dari kesenangan duniawi, saya kembali mengenakan
jubah biksu.
Bagaimana bisa kedua dorongan ini mempermainkanku seperti
anak kecil?
Bhartrihari hidup satu masa dengan Dharmapala. Suatu ketika,
331
ada seorang biksu di wihara yang dirongrong oleh keinginan indrawi,
dan bermaksud kembali ke kehidupan awam. Pikirannya tetap kokoh
dan beliau meminta seorang murid untuk menyiapkan kereta di luar
‘ketidakhakikian dari sosok’ dan ‘ketidakhakikian dari semua pengalaman.’
330 Yi Jing tampaknya mengagumi tindakan Bhartrihari.
331 Semua edisi menyebut ‘Dharmapala,’ kecuali satu edisi menyebut 諸 法
師 (zhu fashi), artinya ‘beberapa guru Dharma,’ yang sepertinya salah cetak.
Karena biasanya seseorang tidak mengatakan ‘dia adalah satu masa dengan
beberapa guru Dharma’ tanpa sebelumnya menyebut nama guru-guru
tersebut. Sebelumnya Yi Jing tak pernah menyebut ‘guru-guru Dharma.’
Di antara para ahli gramatika yang disebut Yi Jing (yakni Panini, Jayaditya,
dan Patanjali), pengikut Buddhis hanyalah Jayaditya tetapi beliau bukan
seorang biksu, dan karena itu, biasanya tidak disebut seorang ‘guru Dharma.’
Dengan demikian, berdasarkan konteks kita terpaksa mengadopsi sumber
lainnya. Edisi berbahasa Jepang, yang merupakan hasil perbandingan dari
banyak teks, menyebut ‘Dharmapala,’ dan menolak satu-satunya edisi
yang menyebut ‘beberapa guru Dharma.’ Oleh karena itu, ketepatan dari
diterjemahkannya sebagai Dharmapala, adalah tak diragukan. Sayangnya,
M. Fujishima menggunakan teks yang kurang baik dan menerjemahkannya
secara tidak jelas. Setelah tulisan saya di atas, saya menemukan bahwa
teks Kasyapa menyebut ‘Dharmapala, seorang guru sastra.’ Sekali lagi, ini
memastikan ‘Dharmapala’ adalah benar adanya sekaligus menghilangkan
keraguan.
333