Page 480 - Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1 by Ibnu Katsir_Neat
P. 480

tidakkah engkau melarang wanita ini berbicara blak-blakan di hadapan Nabi �-"
                       Kemudian  Rasulullah tersenyum seraya berkata (kepada bekas isteri Rifa'ah):
                       "Sepertinya engkau hendak kembali ke Rifa'ah. Tidak boleh, sehingga engkau
                       merasakan madunya (kemanisannya) dan ia merasakan madumu."
                              Demikian pula yang diriwayatkan al-Bukhari, Muslim, dan an-Nasa'i.
                       Sedangkan  dalam  hadits  Abdur Razak, menurut riwayat Muslim, bahwa
                       Rifa'ah menceraikannya pada kali ketiga. Hadits tersebut juga diriwayatkan
                       jama'ah kecuali Abu Dawud, al-Bukhari, Muslim dan an-Nasa'i.

                              Penjelasan :
                              Suami kedua yang dimaksud harus benar-benar suka dan benujuan
                       untuk hidup berdua selamanya, sebagaimana disyaria'atkan dalam pemikahan.
                       Dan selain itu Imam Malik mensyaratkan, suami harus menyetubuhi istrinya
                       itu pada saat yang dibenarkan. Jika ia menyetubuhinya pada saat istrinya itu
                       sedang menjalankan ihram atau berpuasa atau beri'tikaf atau sedang haid atau
                       nifas. Atau pihak suami barunya itu sedang dalam keadaan puasa atau ihram
                       atau sedang i'tikaf, maka mantan suami pertama belum diperbolehkan untuk
                                    D
                       merujuknya.  e mikian juga jika suami barunya itu seorang dzimmi, maka
                       tidak diperbolehkan bagi seorang muslim untuk menikahinya, karena per­
                       nikahan dengan orang kafir itu tidak sah {batal), menurut beliau.

                              Maksud al-'Usailah dalam hadits Rasulullah � ini bukanlah air mani
                       (sperma). Hal itu sebagaimana yang diuraikan dalam hadits yang diriwayatkan
                       Imam Ahmad dan Nasa'i, dari Aisyah radiallahu 'a nha, bahwa Rasulullah �
                       bersabda:
                                                                           ·
                                                                         ( t  �\ il: : . .  :J ,   0! �f )

                       "Ketahuilah, sesungguhnya al- 'Usailah itu berani jima' (persetubuhan) "
                                                                                            .
                              Dan  jika  suami  yang kedua hanya benujuan untuk menghalalkan
                       wanita itu bagi suami pertama, maka inilah yang disebut muhallil (yang meng­
                                            b
                                                                                              D
                       halalkan)  yang mana  e berapa hadits telah mencela dan melaknatnya.  a n
                      jika muhallil menyatakan maksudnya secara jelas di dalam akad, maka batallah
                       pemikahan tersebut. Demikian menurut pendapat jumhur ulama.

                              Beberapa hadits yang berkenaan dengan muhallil dan muhallal
                       lahu60 :








                      60  Muh llil: Orang yang menikah hanya untuk menghalalkan seorang wanita bagi mantan
                            �
                        suammya.  -pe nt.
                        Muhallal lahu: Suami pertama yang meminta muhallil melakukan hal itu ataupun si wanita
                        jika,ia yang memintanya: pent.








             r lbnu Katsir juz 2                                                                             461
   475   476   477   478   479   480   481   482   483   484   485