Page 152 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 152

membatin (2015, hlm. 66). Irewa merasa sangat senang jika dirinya bisa dipandang

                        sebagai perempuan yang cantik menurut penilaian orang suku Hobone. Akan tetapi,
                        Irewa merasa terlalu banyak prasayarat untuk menjadi perempuan cantik di Papua

                        yang membuat Irewa akhirnya malas untuk melakukannya.

                             Irewa muali merasa sering dipaksa oleh Malom untuk melayaninya, terutama
                        setelah beberapa hari melahirkan. Setelah kelahiran yang kedua, Malom memaksa

                        Irewa untuk berhubungan kembali dengannya. Irewa pernah menolak melayaninya
                        karena masih pendarahan, namun Malom malah menyiksa Irewa. Malom berharap

                        Irewa  banyak  melahirkan  bayi  laki-laki.  Bagi  lelaki  Papua,  anak  lelaki  sangat

                        berguna untuk menuntut pengakuan atas tanah dan sebagai simbol bagi penerus
                        keturunan. Semakin banyak anak laki-laki yang dilahirkan, maka seorang suami

                        dianggap  semakin  bermartabat  di  masyarakatnya.  Anak  laki-laki  berguna  untuk
                        menggantikan prajurit yang mati, sedangkan anak perempuan dianggap berguna

                        untuk mendapatkan mahar atau harta adat (babi). Di sini kondisi Irewa sebagai istri
                        sangat  tertekan  dengan  tanggung  jawab  yang  berat,  dan  Irewa  tidak  memiliki

                        kekuatan  untuk  menolak  kekerasan  biologis  dari  Malon  yang  kerapkali

                        diterimanya. Dalam aliran feminis radikal (Fakih, 2013) kondisi Irewa termasuk
                        dalam  pembahasan  feminisme  radikal,  yakni  Irewa  kerapkali  melawan  bentuk

                        kekerasan seksual (Brownmiller, 1974) yang dilakukan suaminya terhadap dirinya.
                             Struktur id Irewa muncul ketika dirinya kerap mendapat tindak kekerasan dari

                        Malom. Irewa pun menjadi frustasi dan ingin bunuh diri karena tak tahan dengan

                        perlakuan Malom yang sering menyiksanya. Irewa merasa dirinya seperti seorang
                        budak yang tak punya kekuatan untuk melawan Malom. Untuk itu, ia merasa lebih

                        baik membebaskan dirinya dengan cara bunuh diri. Namun, keinginan bunuh diri
                        Irewa seketika buyar manakala teringat anak-anaknya. Kehidupan anak-anaknya

                        adalah sebuah tanggung jawab besar bagi Irewa. Irewa kembali menimang-nimang

                        antara  keinginan  dan  tanggung  jawab.  Akhinya  Irewa  lebih  memilih  tanggung
                        jawabnya sebagai bagian dari struktur Superego.

                             Setelah anak-anaknya mulai besar, Irewa yang kemudian mengambil kenadali
                        rumah tangga seperti menyediakan pakaian, membeli alat dapur, dan membayar







                                                                                                    147
   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156   157