Page 167 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 167
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
Demikianlah setelah Bima menempuh tahap awal dari perjalanan keruhaniannya
itu, ia berjumpa dengan Dewa Ruci yang digambarkan seperti mutiara dengan
sinar warna-warni gemerlapan. Ia tidak lain adalah gambaran tentang hati
terdalam manusia dan merupakan manifestasi (tajalli), kebesaran dan keindahan
Tuhan. Dewa Ruci adalah lambang dari hakikat diri dan perjumpaan dengannya
disebut musyahadah, penyaksian atas tanda-tanda dari kehadiran Yang Satu.
Uraian tentang hati dan lambang-lambangnya dalam suluk itu merujuk pada
uraian Imam al-Ghzali tentang hati dalam Ihya `Ulumuddin III. Menurut Imam
al-Ghazali, hati adalah substansi lembut yang bersifat ketuhanan dan ruhaniah,
dan mempunyai hubungan dengan hati jasmani – segumpal daging bulat
panjang di dada kiri manusia. Substansi lembut ini merupakan hakikat manusia
yang dapat memahami dan mengenal Tuhan, sebab ia memiliki ilmu untuk itu. 38
Menurut Imam al-
Dikatakan pula bahwa hati mempunyai ilmu dan merupakan sasaran perintah Ghazali, hati adalah
dan larangan Tuhan. Ia mempunyai hubungan erat dengan mukasyafah substansi lembut yang
bersifat ketuhanan
(tersingkapnya penglihatan batin). Ruh manusia yang tidak tampak dan tidak dan ruhaniah, dan
dikenal dengan mata jasmani, hanya dapat diterangkan sebagai badan halus mempunyai hubungan
dan substansi halus. Ia memiliki ilmu untuk menangkap segala pengertian dan dengan hati jasmani –
obyek-obyek. Badan halus bersumber dari rongga hati manusia, yang melalui segumpal daging bulat
perantaraan otot-otot dan urat-urat yang beraneka ragam tersebar ke seluruh panjang di dada kiri
manusia. Substansi
tubuh. Ia memancarkan sinar kehidupan, menyebabkan munculnya perasaan, lembut ini merupakan
penglihatan, pendengaran dan penciuman. Ia dapat diumpamakan sebagai hakikat manusia yang
berkas-berkas sinar memancar dari sebuah lampu yang tersebar ke seluruh dapat memahami dan
sudut ruang dalam rumah. mengenal Tuhan, sebab
ia memiliki ilmu untuk
itu
Hidup ini, kata al-Ghazali, adalah laksana sinar yang tersebar di dinding-dinding
rumah jasmani kita, sedangkan ruh merupakan lampunya. Perjalanan ruh dan
geraknya dalam batin seseorang, seperti gerak lampu yang memancarkan sinar
ke seluruh ruangan dalam rumah dan ada penggeraknya. Adapun yang kedua,
yaitu substansi halus dalam diri manusia yang memiliki ilmu, merujuk kepada Hidup ini, kata al-
hati. 39 Ghazali, adalah laksana
sinar yang tersebar di
dinding-dinding rumah
Marilah kita bandingkan dengan uraian yang dikemukakan pengarang Serat jasmani kita, sedangkan
Cabolek. Sinar gemerlapan yang disebut pramana dan memberikan kehidupan ruh merupakan
pada tubuh adalah manifestasi (tajalli) Hyang Suksma dalam diri manusia. Hyang lampunya. Perjalanan
Suksma adalah sumber kehidupan dalam arti sebenarnya. Pramana berada ruh dan geraknya
dalam tuibuh manusia, tetapi tidak nampak dan tidak terpengaruh oleh suka dalam batin seseorang,
dan dukla, sedih dan bahagia, haus dan lapar. Ia merupakan individuasi dari seperti gerak lampu
yang memancarkan
40
hakikat ketuhanan. sinar ke seluruh
ruangan dalam rumah
Sangat menarik bahwa substansi halus yang memancarkan sinar gemerlapan dan ada penggeraknya.
itu disebut pramana. Dalam falsafah India, kata-kata pramana digunakan
153