Page 170 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 170

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







                                    Ranggawarsita





                                               Raden Ngabehi Ranggawarsita tidak diragukan lagi adalah seorang
                                               penyair besar  sekaligus mistikus Muslim terkemuka. Dalam sejarah
                                               sastra Jawa klasik dia diberi kedudukan sebagai pujangga penutup.
                                               Sebutan ini diberikan  oleh karena  dengan kemunculan  karya-
                                               karyanya sejarah sastra Jawa klasik dipandang berakhir dan sastra
                                               Jawa baru yang lebih profan bermula. Nama sebenarnya ialah Raden
                                               Bagus Burhan. Dia lahir di Yasadipuran, Surakarta, pada 10 Dzulkidah
                                               Tahun Be  1728, bertebatan  dengan tanggal 15  Maret 1802  M.
                                               Ketika kariernya sebagai pujangga istana telah dianggap  matang
                                               dia  mendapat gelar Ranggawarsita III. Gelar ini mula-mula diberikan
                                               kepada  kakek buyutnya Yasadipura I,  seorang pujangga istana yang
                                               juga kesohor. Sedangkan nama Ranggawarsita II adalah nama gelar
                                               bagi  kakeknya  Yasadipura  II,  yang  mengasuhnya  semenjak  kecil
                                               hingga dewasa. Tetapi pada akhirnya hanya Ranggawarsita III yang
                                               dikenal sebagai Ranggawarsita.
           Raden Ngabehi Ranggawarsita.
           Lahir di Yasadipuran, Surakarta,   Pada masa mudanya Bagus Burhan dikenal sebagai anak yang bandel.
           pada 10 Dzulkidah Tahun Be
           1728, bertebatan dengan tanggal   Dalam  Serat Babad Lelampahanipun Raden Ngabehi Ranggawarsita  dia
           15 Maret 1802 M.         dicertakan gemar berjudi. Karena kewalahan mengasuh cucunya, Yasadipura
           Sumber: Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya.  II mengirimnya ke  Pondok Pesantren Gebang Tinatar di Ponorogo. Usianya
                                    ketika itu baru 12 tahun.  Di sana dia dibimbing oleh  Imam Besari, menantu
                                    Sri Pakubuawana IV yang juga seorang sastrawan. Pakubuwana IV juga adalah
                                    teman seperguruan ayahnya Raden Tumenggung Sastranegara. Karena bandel
                                    dia pernah diusir oleh gurunya, sehingga ia lari ke Madiun dan mengamen di
                                    jalanan sebagai penari topeng. Teta[I tak lama kemudian dia dipanggil kembali
                                    oleh gurunya untuk melanjutkan pelajarannya di Gebang Tinatar. Menurut
                                    cerita ia mendapat pencerahan ketika melakukan meditasi dengan kungkum di
                                    Sungai Kedungwatu. Di situlah dia mendapatkan wahyu kepujanggaan.   46

                                    Setelah belajar di Pondok Gebang Tinatar, pada usia 15 tahun, dia mengembara
                                    ke berbagai tempat di pulau Jawa. Dia kembali ke Surakarta dalam usia 17
                                    tahun dan  memulai jabatannya  sebagai  carik. Karirnya sebagai  pujangga
                                    dimulai ketika dia berumur 21 tahun. Ketika itu dia mendapat pangkat  mantri
                                    carik kadipaten.  Pada waktu itulah karangan-karangannya diketahui kalangan
                                    kraton Surakarta. Mengetahui hal itu Sri Pakubuwana V mulai memberi
                                    perhatian kepada Ranggawarsita. Ketika itu gelar sang pujangga adalah
                                    Raden Mas Ngabehi Surataka. Sri Susuhunan Pakubuwana V memberinya pula
                                    julukan cangkok kadipaten (pedoman bagi masyarakat kadipaten), disebabkan
                                    kecemeralangan karya-karyanya yang penuh kearifan. Dia dinobatkan sebagai
                                    pujangga kraton Surakarta pada masa pemerintahan Pakubuwana VII.  47






                    156
   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174   175