Page 171 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 171

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







           Pujangga penutup itu menutup mata selama-lamanya pada tahun 1873 dan
           dimakamkan di Palar, Klaten, bersebelahan dengan ibunya tercinta. Karangan
           Ranggawarsita sangat banyak, baik dalam bentuk prosa (jarwa) maupun dalam
           bentuk puisi (macapat).  Dalam bukunya  Zaman Edan  Karkono Partokusuma
           menyebut Ranggawrsita menulis 50 kitab, sedangkan Anjar Any mencatat
           sebanyak 56 kitab.  Di antara karangan-karangannya ialah  Serat Kalatidha,
                             48
           Suluk  Saloka  Jiwa,  Serat  Sabdajati,  Serat  Jakalodhang,  Wirid  Hidayat  Jati,
           Pustaka Raja Paramayoga, Jayengbaya, dan lain sebagainya.

           Kepujanggaan Ranggawarsita ditempa selain oleh bakatnya, juga oleh keluasan
           ilmu penghetahuanya dalam bidang sastra dan kebudayaan Jawa, serta ilmu-
           ilmu Islam khususnya tasawuf. Karangan-karangannya menunjukkan bahwa  ia
           sangat mengenal kitab-kitab babon tasawuf karangan para sufi Arab, Persia
           dan Melayu terkemuka seperti Ibn `Arabi, Imam al-Ghazali, Abdul Karim al-Jili,
           Hamzah Fansuri, Muhammad Fadlullah al-Burhanpuri, Syamsudin al-Sumatrani,
           dan lain-lain. Dia juga mengenal secara mendalam tradisi mistik Jawa warisan
           zaman Hindu. Pada zamannya kraton Surakarta selalu dilanda pergolakan dan
           gonjang-ganjing politik. Selain menempa keteguhan pribadinya selaku mistikus
           dan pujangga, juga memberi banyak ilham bagi penulisan karya-karyanya.
           Dipengaruhi situasi politik dan rusaknya kehidupan sosial, tidak heran jika
           karangan-kaangannya cenderung bercorak apokaliptik.


           Gonjang-ganjing politik juga sangat berpengaruh bagi jalannya pemerintahan
           dan kehidupan keluarganya dan keadaan masyarakat di sekelilingnya. Kita tahu
           bahwa setiap terjadi perubahan politik di pusat kekuasaan Jawa ketika itu selalu
           berhubungan dengan campur tangan pemerintah kolonial Belanda. Karena itu

                                                                                       Makam Ranggawarsita. Pujangga
                                                                                       penutup itu menutup mata
                                                                                       selama-lamanya pada tahun
                                                                                       1873 dan dimakamkan di Palar,
                                                                                       Klaten, bersebelahan dengan
                                                                                       ibunya tercinta.
                                                                                       Sumber: Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya.

























                                                                                                157
   166   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176