Page 178 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 178

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







                                    Serat Menak





                                    Beberapa epos Islam yang populer, antara lain Serat Iskandar, Serat Menak, dan
                                    Serat Yusuf. Serat-serat itu masuk ke dalam khazanah sastra Jawa dari hasil
                                    penerimaan  sastra  Melayu yang kemudian disadur ke dalam sastra Jawa.
                                    Yang terkenal dari epos atau wiracarita Islam itu ialah  Serat Menak.  Dalam
                                    disertasinya  De Roman van Amir Hamzah Van Ronkel (1895) melacak asal-usul
                                    dan persebaran Hikayat Amir Hamzah dalam sastra Melayu ke dalam sastra
                                    daerah lain. Dalam tradisi Melayu, hikayat ini dibaca untuk membangkitkan
                                    keberanian para prajurit yang akan maju ke medan perang. Sumber asal hikayat
                                    ini adalah teks Persia Dashtan-e Ami Hamzah. Di Jawa karya ini digubah menjadi
                                    Serat Menak yang digubah antara lain oleh Yasadipura I. Dari Serat Menak Jawa
                                    ini kemudian disadur pula ke dalam bahasa Sunda, Madura, Sasak dan Bali.
                                    Dalam sastra Jawa nama Amir Hamzah dirubah menjadi Amir Ambyah atau
                                    Wong Agung Amir Ambyah.    60

                                    Uraian tentang hikayat ini dalam sastra Melayu telah dikemukakan dalam
                                    karangan tentang sastra Melayu dalam buku ini. Apabila versi Melayu tidak
                                    lebih dari 1000 halaman, versi Jawa jauh lebih panjang sekitar 2000 halaman.
                                    Ceritanya pula banyak yang ditambah.  Pada abad ke-20 M salinan epos ini

              Pada abad ke-20 M     dicetak paling tidak oleh tiga  penerbit, yaitu Van Dorp (Semarang), Balai Pustaka
            salinan epos ini dicetak   (Jakarta), dan CF. Winter (Batavia). Dari terbitan-terbitan itu, Balai Pustaka
             paling tidak oleh tiga    membagi Serat Menak menjadi 25 judul terdiri 46 jilid, tentu saja merupakan
              penerbit, yaitu Van
            Dorp (Semarang), Balai   jumlah yang cukup besar. Judul-judul  Menak tersebut selengkapnya sebagai
             Pustaka (Jakarta), dan   berikut : (1) Menak Sarehas, (2) Menak Lare, (3) Menak Serandil, (4) Menak
              CF. Winter (Batavia).   Sulub 2 jilid (5) Menak Ngajrak, (6) Menak Demis, (7) Menak Kaos, (8) Menak
             Dari terbitan-terbitan
               itu, Balai Pustaka   Kuristam,  (9) Menak  Biraji,  (10) Menak  Kanin ,  (11) Menak  Gadrung,  (12)
             membagi Serat Menak    Menak Parangakik, (13) Menak Kandhabumi, (14) Menak Kuwari, (15) Menak
            menjadi 25 judul terdiri   Cina, (16) Menak Mukub, (17) Menak  Malebari, (18)  Menak Purwakandha,
               46 jilid, tentu saja
              merupakan jumlah      3 jilid, (19) Menak Kustup, (20) Menak Tasmiten, (21) Menak Kalakodrat,  2
               yang cukup besar.    Jilid, (22) Menak Sorangan, 2 jilid, (23) Menak Jamintoran, 2 jilid, (24) Menak
                                    Jaminambar, 3 jilid, dan, (25) Menak Lakad, 3 jilid.
                                                                                   61

                                    Berdasarkan versi yang telah ada sebelumnya, Raden Ngabehi Yasadipura I
                                    menggubah Serat Menak menjadi hikayat yang panjang. Namun bahasa dan
                                    tembangnya digubah sedemikian rupa sehingga menjadi karangan yang indah
                                    dan menarik. Sumber cerita dalam  Serat Menak  dapat dirunut ke belakang,
                                    mula-mula dikarang dalam bahasa Persia, kemudian digubah  Hikayat Amir
                                    Hamzah dalam sastra Melayu, baru setelah itu masuk ke Jawa menjadi Serat
                                    Menak berbahasa Jawa. Selain di Jawa dan dalam bahasa Jawa, serat atau cerita
                                    Menak dikenal dan ada pula dalam sastra Sunda, Madura, Sasak, Bugis, dan
                                    Makasar (Poerbatjaraka, 1952:148).






                    164
   173   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183