Page 223 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 223
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
naskah salinannya merupakan milik seorang kolektor naskah di kabupaten
Pangkep. Terdapat pula sebuah naskah Bugis, yang tersimpan dalam mokrofilm
naskah koleksi kantor Arsip dan Perpustakaan daerah Sulawesi Selatan dengan
nomor kode Roll 29 No. 8, yang berjudul Kisah Sitti Rabiatul Adawiyah. Halaman
pertama naskah ini adalah sebagai berikut.
Iyanaé sureq puwadaéngngi engka seuwwa pau-paunna Saéheq Sanuleq
Aripina ri wanuwaé ri Bugedaq toryatuna inna Allahu Taala teppeqna
nasabaq maserona tanrang apanritangenna namaéga anaq gurunna,
engka séuwwa anaqna riaseng Sitti Rabiatuleq Aliya.
Inilah naskah yang menceritakan kisah Saéheq Saénule Aripina di tanah
Bagdad, orang yang diberi iman oleh Allah Taala karena tingginya ilmu
dan banyak anak muridnya. Ada seorang muridnya yang bernama Sitti
Rabiatul Aliyah.
Dengan demikian, kisah Sitti Rabiatule Awalia dalam tradisi Bugis memiliki
beberapa sebutan, yaitu Sitti Rabiatule Awalia, Sitti Rabiatul Aliyah, dan Sitti
Rabiatul Aliya. Meskipun beberapa macam sebutan, akan tetapi cerita yang
dimaksud adalah sama. Hal itu hanya merupakan bentuk variasi.
Sebagaimana dengan Pau-Paunna Saéhek Maradang, Pau-Paunna Sitti
Rabiatule Awaliya memiliki dua bentuk isi, yaitu narasi (paparan) dan dialog.
Bagian yang berupa narasi adalah proses belajar tokoh Sitti RabiatuleAwaliya,
yaitu belajar Alquran kepada Saéheq Jaéna, seorang ulama terkemuka di negeri
Mesir. Kepada ulama inilah Sitti Rabiatule Awaliya belajar mengaji Alquran,
mengaji tajwid, kitab, nahawu, dan tafsir. Sitti Rabiatule Awaliya adalah satu-
satunya perempuan yang menjadi murid Saéheq Saénule Aripina. Tanda-tanda
kelebihan yang dimiliki oleh Sitti Rabiatule Awaliya adalah lebih cepat mengerti
atau memahami materi pelajaran jika dibandingkan dengan tiga puluh sembilan
orang laki-laki temannya. Bahkan sang guru memberikan kesempatan kepada
Sitti Rabiatul Awaliya mengajari teman-temannya.
Berita tentang keutamaan tokoh Sitti Rabiatule Awaliya tersebar ke seluruh
penjuru negeri Mesir. Berita ini membuat sejumlah ulama dan ahli agama
Islam berniat memperistri Sitti Rabiatule Awaliya. Mereka secara berkelompok
dan perorangan silih berganti mendatangi kota tempat tinggal Sitti Rabiatule
Awaliya. Kelompok yang pertama kali datang adalah empat orang ulama yang
berbeda-beda bidang ilmunya, di antara seorang ahli syariat, seorang ahli
tarikat, seorang ahli hakikat, dan seorang ahli makrifat. Sitti Rabiatule Awaliya
lalu memberikan pertanyaan tentang keislaman, tetapi keempat ulama itu tidak
mampu menjawabnya. Kelompok ulama yang kedua yang datang menemui
Sitti Rabiatule Awaliya adalah empat orang wali, masing-masing wali tanah,
209