Page 363 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 363
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
hasil kebun kelapa (kopra) nya langsung ke pasar Singapura) sebagai akibat dari
konfrontasi Indonesia-Malaysia. Tertutupnya perdagangan langsung Natuna-
Singapura itu berimplikasi serius pada merosotnya perekonomian Natuna secara
drastis. Tidak hanya mendu, merosotnya perekonomian itu juga berdampak
pada anak-anak Natuna yang sekolah di Tanjungpinang, Pekanbaru, atau di
pulau Jawa yang harus berhadapan dengan nasib putus-sekolah.
Proyek-proyek revitalisasi kesenian yang digulirkan sejak tahun 1974 tidak banyak
berarti untuk menjayakan mendu kembali. Fetival mendu di Tarempa (Anambas)
tahun 1982, misalnya, dalam kerangka revitalisasi identitas Melayu tak pula
bisa mengembalikan situasi berteater mendu seperti masa-masa sebelum 1965,
bahkan festival itu di Bunguran-Sedanau justru melahirkan konstroversi yang
tak berkesudahan. Praktis, dengan demikian, pertunjukan mendu hingga kini
hanya berlsngung pada peringatan hari besar kemerdekaan dan dalam pesta-
pesta seni tradisional yang tidak mesti setahun sekali dan kebanyakan di tempat
lain seperti Tajungpinang, Pekanbaru, atau Jakarta.
Legu Kadato dan Togal
Sebenarnya cukup banyak kesenian tradisi yang berkembang di Maluku
Utara. Selain legu kadato dan togal yang hendak dipaparkan lebih jauh di sini,
ada banyak kesenian tradisi yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat daerah itu, seperti soya-soya, tarian barakati, baramasuwen, wela-
wela, jore-jore, denge-denge, toku, dan beberapa lagi. Hampir semua seni
tradisi Maluku Utara berbasis tari yang kebanyakan disertai dengan nyanyi atau
pantun, hanya sedikit tari yang tidak dipadu dengan nyanyi, seperti cakalele,
sebuah tari perang yang biasa dipertunjukkan untuk menyambut tamu penting
yang berkunjung ke daerah Galela, Halmahera. Alat musik yang mengiringi
seni-seni tradisi tersebut memang ada yang berbeda, tetapi beberapa alat musik
yang dipastikan dipergunakan oleh semua seni tradisi adalah tifa, dan gong.
Dengan alasan-alasan tertentu, paparan singkat dalam tulisan hanya mampu
menyajikan dua kesenian, yaitu legu kadato di Ternate dan togal di Makian.
Legu kadato, juga dikenal dengan legu-legu, adalah seni tari yang sering
disebut, khususnya di Ternate, sebagai perpaduan antara seni keraton dan seni
rakyat. Pilihan pada sebutan legu kadato, bukan legu-legu, lebih mungkin
untuk membedakannya dari Legu Gam, sebuah perayaan (pesta) rakyat tahunan
349