Page 395 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 395

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







           Islam yang masih kuat pengaruhnya hingga abad ke-16 M. Musik sebagai terapi
           musik terus berlanjut hingga era Kekhalifahan Turki Usmani. Pemikiran musik
           al-Razi, al-Farabi, dan Ibnu Sina dikembangkan di Turki Usmani oleh tokoh-
           tokoh  seperti  Gevrekzade  (w.  1801),  Suuri  (w.  1693),  Ali  Ufki  (1610-1675),
           Kantemiroglu (1673-1723), dan Hasim Bey (abad ke-19 M). Di tengah polemik
           fiqh soal halal-haramnya, musik terus berkembang di dunia Islam termasuk di
           Asia Tenggara yang dibawa oleh para wali dan ulama penyebar Islam terutama
           pada antara bad ke-15 dan 17.











           Seni dan Tradisi Islam di Nusantara





           Dalam pembicaraan tentang islamisasi di Nusantara, satu hal yang tidak bisa
           dipisahkan adalah penggunaan seni sebagai media dakwah. Para sufi, muballigh
           dan para da’i telah secara cerdas telah menggunakan seni sebagai pendekatan
           kultural dalam melakukan pribumisasi Islam. Pentingnya peranan seni dalam
           penyebaran Islam ini, misalnya ditemukan dari kesaksian seorang ahli sejarah
           Islam abad ke-15 M, Syaikh Zainuddin al-Ma‘bari dalam kitabynya Tuhfah al-
           Mujâhidîn, yang memuat laporan tentang penyebaran Islam di India dan Asia
           Tenggara. Menurut Al-Ma’bari, keberhasilan dakwah Islam di dua wilayah itu
           banyak dibantu oleh pembacaan kisah Nabi Muhammad SAW yang dinyanyikan
           dengan indah. Warisan historis itu masih dapat kita nikmati dan saksikan hingga
           saat ini dalam tradisi-tradisi pembacaan riwayat Nabi dengan cara dinyanyikan
           seperti pada pembacaan Kasidah Burdah, Kasidah Barzanji, Syair Rampai Maulid
           dan sebagainya yang masih berlangsung dibanyak masyarakat Muslim Indonesia
           (Kemat 2011).

           Shalawat yang asalnya adalah hantaran salam dan do’a untuk keselamatan dan
           kesejahteraan Nabi Muhammad SAW, telah berkembang di Indonesia menjadi
           tradisi seni spiritual yang menyentuh dan sangat kaya nuansa religiusitas. Setiap
           Muslim yang melantunkan shalawat didasari kecintaan pada sosok agung sang
           Nabi SAW, tetapi melagukan shalawat dalam beragam irama yang terdengar
           di berbagai daerah di Indonesia adalah bentuk penggabungan antara cinta,
           religiusitas dan seni. Cinta pada sang Nabi, lain kata, telah melahirkan kreatifitas
           penciptaan religiusitas  seni yang tak pernah  kering sepanjang sejarah Islam.
           Akhirnya, ratusan corak lantunan shalawat yang lahir dari bumi Nusantara telah
           menjadi genre musik tersendiri:






                                                                                                381
   390   391   392   393   394   395   396   397   398   399   400