Page 397 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 397
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
pencipta lagu rakyat Pucung dan Asmarandana. Begitu pula dengan
Sunan Kalijaga, beliau adalah pencipta lagu yang paling populer dalam Raden Paku atau Sunan
Giri, yang disebut
sejarah rakyat Jawa, Lir-ilir. Sunan Kudus juga memiliki keahlian serupa oleh Belanda sebagai
dalam menciptakan lagu-lagu, seperti Maskumambang dan Mijil. Dan “Paus dari Timur”,
Sunan Muria adalah tokoh yang menggunakan gamelan untuk menarik merupakan pencipta
masyarakat agar masuk Islam. Lagu-lagu Jawa Sinom dan Kinanti adalah lagu rakyat Pucung
dan Asmarandana.
hasil gubahan beliau. Begitu pula dengan
Sunan Kalijaga, beliau
adalah pencipta lagu
yang paling populer
dalam sejarah rakyat
Dari proses penggunaan seni dalam dakwah tersebut, secara evolutif, Islam Jawa, Lir-ilir. Sunan
Kudus juga memiliki
kemudian memberikan pengaruh yang kuat pada perkembangan seni keahlian serupa dalam
di Nusantara. Pengaruh itu adalah munculnya jenis-jenis kesenian yang menciptakan lagu-lagu,
mengandung unsur dan nuansa keislaman dalam berbagai bentuk dan jenisnya di seperti Maskumambang
daerah-daerah di Indonesia. Setelah melewati berabad-abad proses sejarahnya, dan Mijil. Dan Sunan
Muria adalah tokoh
kesenian-kesenian itu kemudian sebagian besarnya tidak lagi berfungsi sebagai yang menggunakan
alat dakwah atau media islamisasi seperti digunakan pada masa silam, tetapi gamelan untuk menarik
menjadi “fosil-fosil” warisan kultural dengan unsur-unsur kedaerahannya yang masyarakat agar masuk
Islam. Lagu-lagu Jawa
kuat: seni Islam Aceh, seni Islam Padang, seni Islam Sunda, seni Islam Jawa, seni Sinom dan Kinanti
Islam Lombok, seni Islam Bugis dan seterusnya. adalah hasil gubahan
beliau.
Indonesia kemudian memiliki banyak sekali tradisi seni Islam sebagai warisan
kultural yang dihasilkan dati jejak-jejak islamisasi. Di Aceh terdapat Tari Seudati
yang ditampilkan untuk membangkitkan semangat perang sabil melawan
kaphe-kaphe penjajah zaman kolonial. Tari ini ditampilkan oleh laki-laki dengan
menari dan membuat bunyi tabuhan dengan alat musiknya tubuh mereka sendiri
dengan menepuk tangan, dada, tubuh dan menggerakkan jari-jari. Kemudian
Tari Lokok Pulo yang diciptakan ulama Arab abad ke-19, Tari Ranup Lampuan
yang merupakan karya seni monumental para seniman Aceh. Tari yang berlatar
belakang adat istiadat ini secara koreografi menceritakan bagaimana kebiasaan
masyarakat Aceh menyambut tamu yang di setiap gerakannya mempunyai
arti tersendiri. Yang paling terkenal adalah tari Saman, tari harmoni gerak dan
tepukan tangan tanpa iringan musik. Tari ini ditampilkan untuk merayakan
peristiwa penting dalam adat Aceh, juga pada perayaan hari kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Kata “saman” berasal dari salah satu nama ulama besar
Aceh yaitu Syekh Saman. Di Riau dikenal Tari Zapin yang diiringi irama gambus,
5
diperagakan oleh pasangan dengan mengenakan sarung, kemeja, kopeah hitam
dan songket dan ikat kepala atau destar. Tari ini dipentaskan dalam upacara-
upacara pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Islam. Ada lagi yang disebut
Tabut atau Tabuik dilaksanakan secara turun temurun di daerah Pariaman
(Sumatera Barat) dan Bengkulu. Tradisi ini dilaksanakan setiap hari Asyura (10
Muharram) untuk memperingati pembantaian Hasan dan Husain bin Ali bin Abi
Thalib oleh pasukan Yazid bin Muawiyah di Karbala.
383