Page 405 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 405

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







           Setelah Rofiqoh, kemudian muncul sebuah kelompok kasidah baru yang cukup
           mencengangkan saat itu karena penyanyinya semua perempuan berkerudung
           yaitu Nasida Ria dari Semarang. Didirikan pada tahun 1975, Nasidah Ria
           memulai debutnya membawakan lagu-lagu kasidah modern yang diberi sedikit
           sentuhan nuansa dangdut. Sejak berdirinya, Nasida Ria sudah mengeluarkan
           34 album berbahasa Indonesia dan dua album berbahasa Arab. Album
           perdananya,  Alabaladil  Makabul, diproduksi  1978 di bawah PT  Ira Puspita
           Record yang dipasarkan di dalam dan luar negeri.Nasida Ria berawal dari grup
           rebana yang dianggap memiliki genre tersendiri, dengan ciri khasnya berupa
           artis  dan  musisi  pendukung  yang  terdiri  dari  wanita  berjilbab.  “Jika  Qasidah
           Rebana lebih dominan menyanyikan lagu-lagu irama padang pasir, Nasida Ria
           mencoba mendobrak khasanah musik berirama serupa dengan kreasi yang
           dipadukan syair dan lagu berbahasa Indonesia.” (Imamuddin 2012). Sebagai
           group musik Qasidah Modern pertama di Indonesia,kesuksesan Nasida Ria tak
           lepas dari usahanya menggabungkan irama musik pop, dangdut dan Barat.
           Kemasyhurannya membuat Nasida Ria tampil memenuhi undangan di banyak
           tempat bukan hanya di dalam negeri tetapi juga ke luar negeri. Lagu-lagunya
           yang terkenal misalnya,  Shalawat Badar, Kaya Miskin Bahagia, Damailah
           Palestina, Magadir, dan Nabi Muhammad Insan Pilihan. LagunyaPerdamaian
           yang mengkritik peperangan yang desdruktif di pentas dunia sangat terkenal
           tahun 1980-an.


           Sebagai musik kasidah, Nasida Ria adalah sebuah fenomena. Di tengah citra
           musik kasidah yang dikesani “terbelakang,” grup ini memiliki setumpuk prestasi
           bukan  hanya  nasional  tapi juga  internasional.  Di  dalam  negeri,  antara lain
           pernah diundang mengisi Paket Acara Hari Raya Idhul Fitri di TMII (Taman Mini
           Indonesia  Indah)  Jakarta  setiap  tahun,  Tour  Show  Silaturrahmi Djarum 76  di
           16 Kota Jateng 2001-2004. Kemudian tampil dalam Islamic Art and Cultural
           Perfomance di Batam Kepulauan Riau (2004) dan Isra’ Mi’raj di Tanjung Pinang
           (2006). Di luar negeri, tampil memenuhi undangan Kerajaan Malaysia pada
           peringatan 1 Muharam 1988, memenuhi undangan Haus de Kulturen derWelt
           (Lembaga Kebudayaan Jerman) dalam paket  Die Garten des Islam (Pameran
           Kesenian Islam Dunia) di Berlin Maret 1994. Tahun 1996, Nasida Ria tampil
           juga dalam festival Heimatklange ‘96 ‘Sinbad Travels’ di delapan kota seperti
           Berlin, Reclinghousen dan Dusseldof, atas undangan Cultural Departement of
           The Senat of Berlin and Tempodrom, SFB, ORB, European Forum of Worldwide
           Music Festival (Imamuddin 2012). Seiring dengan kemunculan grup-grup
           kasidah baru, Nasida Ria mulai meredup sejak tahun 2010-an. Namun, oleh
           kesuksesannya mengangkat citra kasidah bahkan hingga ke panggung dunia,
           Nasida Ria dipandang sebagai kelompok kasidah yang melegenda.Selain Nasida
           Ria, kelompok kasidah lain adalah Al-Manar dari Tasikmalaya. Personil A-Manar
           pun sama semuanya perempuan. Walau tidak sepopuler Nasida Ria, Al-Manar
           pun cukup dikenal.Selain itu, ada juga Fenty Effendy dan Djamain Sisters (Rien
           Djamain).







                                                                                                391
   400   401   402   403   404   405   406   407   408   409   410