Page 406 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 406
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
Kasidah Modern Bimbo
Dunia kasidah di Indonesia dibangkitkan oleh sebuah kelompok musik pop asal
Bandung pada dua dekade 1980-1990-an yaitu Bimbo yang menyanyikan lagu-
lagu kasidah modern dengan tidak berbasis pada instrumen-instrumen musik
tradisional Arab. Bimbo tidak menggunakan gambus dan rebana tetapi murni
menggunakan alat-alat musik modern yaitu musik pop walau irama padang
pasir sering muncul dalam petikan gitar, bukan gambus. Kasidah modern Bimbo
telah menaikkan harga diri kasidah yang sebelumnya dikesani tradisional sebagai
“musik pesantren dan madrasah“ di pedesaan menjadi fenomena perkotaan
yang gegap gempita sepanjang tahun 1980 dan 1990-an. Bedanya kasidah
Bimbo dan musik-musik kasidah Arab adalah musik-musik kasidah gambus
muncul dalam usaha melestarikan tradisi seni Islam, Bimbo muncul dalam arus
kebangkitan Islam tahun 1980/90-an seiring dengan munculnya lapisan kelas
menengah Muslim satu dasawarsa menjelang keruntuhan rezim Orde Baru.
Setelah lama melintang dalam arus musik pop berwarna balada, awal tahun
1970an, Bimbo mulai menciptakan lagu bertema keagamaan dengan debut
pertamanya berjudul Tuhan yang sangat populer. Ide ini bermula dari pengalaman
relijius yang dialami Sam ketika ia mengikuti shalat Jum’at di Masjid Salman ITB.
Sambil mendengarkan ceramah ia berfikir, merenung dan kemudian merasakan
hadirnya getaran Tuhan dalam lubuk hatinya. Dari sinilah inspirasi lagu Tuhan
itu muncul, berisi kata-kata sederhana, dinyanyikan secara lembut, tetapi
menyuarakan elegi universal tentang Tuhan.
Tuhan . . .
tempat aku berteduh
dimana aku mengeluh
dengan segala peluh
Tuhan . . .
Tuhan Yang Maha Esa
tempat aku memuja
dengan segala do’a
Aku jauh Engkau jauh
Aku dekat Engkau dekat
hati adalah cermin
tempat pahala dan dosa bertarung uh . . . uh . . .
Diilhami oleh sambutan hangat masyarakat terhadap lagu Tuhan itu,
Bimbo kemudian memutuskan untuk membuat album spesial lagu-lagu
kasidah kolaborasi dengan sastrawan kondang Taufik Ismail, yang pada
392