Page 411 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 411
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
nuansa dan irama padang pasir menjadi penting agar kasidah tidak kehilangan
akar dan konteks. Bagi umat Islam, padang pasir Arab memiliki makna sipiritual
yang dalam yang menancap dalam hati dan fikiran umat bahkan terkubur di
bawah alam sadar. Di tanah kering dan gersang itulah, Nabi menyemaikan,
menumbuhkan dan berjuang menyebarkan panggilan Tuhan yang luhur.Di
padang pasirlah Islam berawal, lahir dan berkembang, bahkan disitu pulalah
darah suci para syuhada tertumpah demi mempertahankan agama dan
kebenaran. Menyuarakan musik padang pasir berarti menghadirkan ingatan,
menumbuhkan emosi, menegaskan dan meneguhkan identitas serta mengikat
keyakinan. Inilah konteks bahwa kasidah sangat terkait kuat dengan tanah Arab
dan warna musiknya. Bimbo tak mengabaikan ini. Melalui gitar yang menirukan
petikan-petikan melodi gambus, nuansa Arab terasa dipertahankan.
Ketiga, nuansa musik pop. Yang baru dari kasidah Bimbo saat itu, selain nuansa
padang pasir, adalah nuansa musik pop dan inilah yang membuatnya populer.
Musik pop di belahan dunia manapun adalah musik arus utama yang paling
banyak penggemarnya. Di Amerika Serikat tahun 1960an, musik populer
memainkan peranan sebagai saluran gerakan sosial dan telah memperkuat
identitas kelompok. “Gerakan sosial diartikulasikan,” kata Eyerman dan
Jamison (1998 : 108), “tidak hanya melalui organisasi atau bahkan demonstrasi-
demonstrasi massa, walaupun keduanya memang paling banyak memainkan
peranan, tetapi mungkin yang lebih penting adalah musik pop (populer)…
“Gerakan ide, citra dan perasaan disalurkan melalui dan dalam musik pop
dan, pada saat yang sama, gerakan itu mempengaruhi perkembangan musik
itu sendiri baik bentuk maupun konten. Bimbo telah mentransformasikan nilai-
nilai ke dalam musik pop. Inilah yang membuat gaya kasidah Bimbo digemari
secara luas. Fans Bimbo, menurut Acil, awalnya berkembang di kalangan kelas
menengah dan kemudian menyebar ke seluruh lapisan masyarakat.
Terakhir, lirik yang tidak normatif. Lirik kasidah Bimbo tidak bernada normatif
dan menggurui seperti yang banyak terdapat dalam lagu-lagu kasidah. Unsur
ini sangat penting dalam menyampaikan pesan yang mengena. Sebagaimana Kesuksesan Bimbo,
khutbah-khutbah dan ceramah yang sering disampaikan dalam bahasa normatif tak terlepas dari
karakternya yang
bahkan menggurui, kasidah tradisional seringkali kurang memiliki dampak unik, antara lain: lirik
keteduhan rasa bagi para pendengarnya. Kasidah Bimbo menyuguhkan bahasa Indonesia
sesuatu yang baru dengan hampir tidak satu pun dari lagunya bernada dan dominasi vokal,
normatif. Karenanya, tidak hanya pesan-pesan keagamaan tersebut dirasakan mempertahankan irama
padang pasir, nuansa
meneduhkan para pendengarnya tetapi juga kesan Islam menjadi terasa sejuk musik pop, dan lirik
dan damai. Warna Islam seperti ini menjadi penting saat Islam memanggil yang tidak normatif.
manusia modern kepada kesadaran relijius dan seruan kembali kepada ketaatan
agama. Bahasa-bahasa doktrinal dan normatif selain tidak menyejukkan bahkan
membuat sebagian orang ketakutan, juga malah akan semakin menjauhkan
orang dari agama. Shalat lima waktu misalnya, adalah kewajiban setiap
muslim, bila meninggalkannya adalah dosa. Begitu pentingnya, Rasulullah SAW
397