Page 447 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 447
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
Puisi Sosial
Dalam kerangka lingkaran konsentris “sastra Islam” sebagaimana telah diuraikan,
tema-tema umum dalam puisi Indonesia modern mencakup berbagai tema
yang secara moral bukan saja sejalan dengan doktrin pokok Islam, melainkan
juga sangat dianjurkan setidaknya secara kolektif. Tema itu mencakup isu-isu
kemanusiaan dan kemasyarakatan, alam dan lingkungan, renungan-renungan
pribadi, di samping tema-tema didaktik dan sejenisnya. Cukup banyak puisi
Indonesia berbicara tentang isu-isu kemanusiaan dan kemasyarakatan, tentang
alam dan lingkungan, yang merupakan renungan relijius tentang alam,
respon kritis terhadap perusakan alam dan lingkungan, dan lain sebagainya.
Terutama di awal abad ke-20, puisi Indonesia diwarnai oleh corak romantik,
yaitu puisi yang mengekspresikan perasaan takjub dengan keindahan alam
―yang secara metaforis memproyeksikan harapan akan keindahan Indonesia
baik secara sosial, ekonomi, politik, maupun budaya sebagai negara baru yang
diidamkan. Dan, khususnya di akhir abad ke-20, dalam puisi Indonesia muncul
keprihatinan, bahkan kritik, terhadap rusaknya alam dan lingkungan terutama
akibat industrialisasi. Isu sosial dan alam terus muncul dalam puisi Indonesia
tahun-tahun berikutnya, dengan beberapa perubahan dalam kesinambungan
ini khususnya menyangkut isu-isu spesifik. Puisi bagaimanapun tidak mungkin
mengalienasi diri dari isu-isu aktual di sekitarnya. Tentu saja isu-isu ini penting
terutama dilihat dari kepentingan makro dan perkembangan aktual Indonesia,
juga dilihat dari sudut pandang moral Islam. Tetapi, mengingat luasnya cakupan
isu-isu umum ini, dan bahwa isu-isu umum dalam puisi Indonesia tidak selalu
mengacu secara langsung pada Islam, maka di sini hanya akan didiskusikan isu-
isu sosial, terutama isu-isu dalam puisi yang secara langsung mengacu pada
Islam, dengan satu dan lain cara.
Masalah utama mendiskusikan Islam dan isu-isu sosial dalam puisi Indonesia
adalah bahwa puisi yang berbicara tentang isu-isu sosial dan kemanusiaan
tidak selalu secara langsung mengacu pada Islam. Dalam berbicara isu-isu
sosial, para penyair Muslim cenderung meninggalkan formalisme keagamaan,
dan tidak selalu secara langsung menggali sumber-sumber Islam untuk puisi
mereka. Tetapi, tanggung jawab moral penyair Muslim terhadap masalah sosial
bagaimanapun merupakan tanggung jawab moral keagamaannya, dan dengan
demikian merupakan panggilan relijiusnya. Maka, jika pun tidak secara langsung
mengacu pada Islam, isu-isu sosial yang dibicarakan penyair Muslim dalam puisi
bagaimanapun secara langsung mengacu pada moral universal Islam menyangkut
nilai-nilai kemanusiaan, yang pastilah dianut penyair itu sendiri. Demikianlah
maka misalnya sajak-sajak patriotisme dan perjuangan (kemerdekaan) karya
penyair Muslim ―yang lahir terutama di awal dan pertengahan abad ke-20―
433