Page 50 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 50
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
Peta wilayah kekuasaan Kerajaan
Samudera Pasai.
Sumber: Atlas Sejarah Indonesia Masa
Islam, 2011.
bertahan. Hal ini berkaitan dengan sikap penguasa kerajaan yang mendukung
dan bahkan mencintai kegiatan-kegiatan pembelajaran Islam. Catatan perjalanan
Ibnu Batutta pada abad ke-14 menggambarkan hal demikian. Menurutnya,
Sultan Malik al-Zahir—penguasa kedua Samudera Pasai––adalah orang yang
sangat taat menjalankan shalat di masjid istana, dan disusul melakukan kajian
terhadap al-Qur’an. Dia juga dikenal sebagai orang yang sangat dekat dan
menghargai para ulama ahli hukum Islam.
Oleh karena itu, memasuki abad ke-15, ketika Malaka tengah berkembang
sebagai kerajaan Islam terkemuka di Nusantara, Samudera Pasai tetap dihormati
sebagai pusat kajian Islam. Suatu kisah dalam Sejarah Melayu—salah satu teks
klasik Melayu yang menjadi sumber tradisional tentang Kerajaan Malaka—
membuktikan posisi penting Samudera Pasai tersebut. Diceritakan bahwa di
tanah Arab ada seorang ulama yang sangat ahli dalam bidang tasawuf, bernama
Maulana Abu Ishak. Ulama tersebut menulis sebuah kitab sufi berjudul Durr
al-Manzum, dan bermaksud mengajarkannya di Kerajaan Malaka. Penguasa
Malaka, Sultan Mansyur Syah, tidak hanya menyambut niat Maulana Abu Ishak
tersebut, bahkan bermaksud belajar tasawuf kepadanya. Dalam kerangka itu,
dia menginginkan kitab karangan ulama Maulana Abu Ishak itu diterjemahkan
ke dalam Bahasa Melayu, sehingga bisa menjadi sumber pembelajaran Islam di
Kerajaan Malaka.
Untuk tujuan tersebut, Sultan Mansyur Syah mengirim kitab tersebut ke
Samudera Pasai untuk diterjemahkan. Dan penguasa di Pasai kemudian
36