Page 53 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 53
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
karenanya memiliki arti penting baik dari sisi sejarah maupun Bahasa Melayu.
Ditulis dalam Huruf Jawi , Sejarah Melayu ditulis oleh Tun Sri Lanang tahun 1613, Naskah Sejarah Melayu
15
tidak lama setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada 1511. Kandungan gambaran Sejarah
Sejarah Melayu bermula dengan kisah mengenai asal-usul raja Melayu, berlanjut Melayu yang ditulis
oleh Tun Sri Lanang
dengan kondisi Kerajaan Malaka yang maju di mana banyak pedagang asing, pada 1913 merupakan
khususnya bangsa Tamil dan Cina, yang datang ke kerajaan. Banyak hal dalam salah satu sastra
Melayu yang tertua .
kehidupan istana juga dikisahkan, termasuk kaitan dengan Samudera Pasai. Melengkapi gambaran
Kisah Malaka ini berakhir dengan jatuhnya ke kekuasaan Portugis. 16 sejarah Melayu tentang
kemajuan Kerajaan
Melengkapi gambaran Sejarah Melayu tentang kemajuan Kerajaan Malaka Malaka adalah naskah
Undang-Undang
adalah naskah Undang-Undang Malaka. Naskah berisi berbagai peraturan Malaka. Naskah berisi
kerajaan menyangkut berbagai aspek kehidupan—sosial-politik, agama dan berbagai peraturan
perdagangan—ditetapkan pada masa kekuasaan Sultan Muhammad Syah kerajaan menyangkut
berbagai aspek
(1424-1444) dan kemudian diimplementasikan secara lebih efektif oleh penguasa kehidupan—sosial-
berikutnya, Sultan Muzaffar Syah (1445-1458). Bahkan, pada masa penguasa politik, agama dan
17
selanjutnya, Sultan Mahmud Syah (1488-1511), dirumuskan peraturan khusus perdagangan
untuk masalah perniagaan laut, yang saat itu semakin berkembang di Kerajaan
18
Malaka.
Kembali ke aspek Bahasa Melayu. Menyangkut Bahasa Melayu pra-klasik,
Abdullah —dengan mengacu sepenuhnya kepada Iskandar —memerinci
20
19
beberapa ciri khusus baik dalam ucapan maupun penulisan. Ciri-ciri tersebut
adalah sebagai berikut:
Pertama, mempertahankan bunyi /h/ di awal kata atau di tengah kata: harang
(arang), hurai (urai), hutak (otak); tihang (tiang), tuha (tua), guha (gua), samuha
(semua). Kata pungut Sanskerta masih ditulis mendekati bentuk asalnya:
anugeraha (Skt. anugraha), arta (Skt. artha), astamewa (Skt. astam eva),
daruhaka (Skt. drohaka), gebala (Skt. gopala), manusyia (Skt. manusyia), netiasa
(Skt. nityasas), periksya (Skt. parikşa), perkasya (Skt. perkaśa), sanggeraha (Skt.
samgraha).
Kedua, kata-kata pinjaman yang secara etimologis mempunyai dua konsonan,
dipertahankan dengan menggunakan tasydid: /b . dd ./ – budi (Skt. buddhi),
/ k . pp . l . / - kapal (Tamil: kappal), /m . dd ./ - muda (Skt. mudha), /s . dd .
h . / - sudah (Skt. suddha), /s . kk . a / - suka (Skt. sukha). Untuk bunyi pepet
digunakan alif: baralahan (beralahan), jamu (jemu) sabau (sebau), kakayaan (kekayaan).
Konsonan setelah pepet diduakalikan dengan menggunakan tasyadid: /b . dd . l/ - bedil, /b
. l . ddu/ - beledu, /b . rk . rr . t/ - berkerat, /d . ngng . n/ - dengan, /m . m . rr ./ - memeri,
/s . tt . y ./ - setia. Bunyi /y/ dan /w/ diduakalikan dengan menggunakan tasydid atau ditulis
dua kali huruf yang sama: /a yy ./ - ia, /d yy ./ - dia, /bww . h/ - buah, /bww . ng/ - buang,
/b . yy . k/ - baik, /d . lww . r/ - diluar.
39