Page 58 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 58
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
‘Asyiqin dianggap sebagai karyanya yang pertama dalam bahasa Melayu dan
sekaligus risalah tasawuf pertama dalam bahasa Melayu. Versinya yang lain
diberi judul Zinat al-Muwahidin (Perhiasan Ahli Tauhid). Sedangkan syair-syair
tasawufnya yang dijumpai tidak kurang dari 32 ikat-ikatan atau untaian. Syair-
syairnya dianggap sebagai ’syair Melayu’ pertama yang ditulis dalam bahasa
Melayu. Syamsuddin al-Sumatrani (w. 1630 M) menyebut sajak-sajak tersebut
sebagai ruba’i, yaitu sajak empat baris dalam dua misra’. 29
Meski tidak banyak menulis puisi, Syamsuddin al-Sumatrani juga menulis ban-
yak karya, terutama berupa risalah tasawuf yang tergolong sastra kitab. Di an-
taranya Mir’at al-Mu’minin (Cermin Orang Beriman), Mir’at al-Iman (Cermin
Keimanan), Zikarat al-Dairati Qaba Qawsaini aw ‘Adna (Lingkaran Dua Busur
Kehampiran dengan Tuhan), Mir’at al-Muhaqqiqin (Cermin Penuntut Hakikat),
Jawahir al-Haqa’iq (Mutiara Hakikat), Nur al- Daqa’iq, dan Kitab al-Haraqah.
Ulama berikutnya yang memberi kontribusi penting dalam perkembangan
sastra kitab adalah Nuruddin ar-Raniri. Nama lengkapnya adalah Nur al-Din
Muhammad ibn ‘Ali ibn Hasanji al-Hamid al-Syafi’i al-Asy’ari al-’Aydarusi al-
Raniri (w. 1068/1658). Ia lahir di Ranir, atau Randir, sebuah kota pelabuhan tua
di pantai Gujarat. Ar-Raniri datang ke Aceh sekitar 1637, segera setelah Iskandar
Muda dan Syamsuddin meninggal dunia. Dia langsung diangkat menduduki
jabatan sebagai Syaikh al-Islam. Dalam posisinya yang demikian kuat di kerajaan,
ar-Raniri melancarkan gerakan pembaharuan keagamaan untuk menentang
doktrin sufi Wahdah al-Wujud. Selama tujuh tahun berada di Aceh, ar-Raniri
telah melahirkan banyak karya di berbagai bidang seperti teologi, tafsir, hadis,
fikih, sejarah, dan lain-lain. Ia memang dikenal seorang ulama yang sangat
produktif dalam menulis. Tercatat sekitar tiga puluh karya yang teridentifikasi
sebagai karangan ar-Raniri, kendati tidak semuanya ditulis selama masa tujuh
tahun ia berada di Aceh.
Berdasarkan sumber-sumber yang tersedia, tercatat setidaknya lima belas karya
ar-Raniri yang berkenaan dengan masalah teologi dan tasawuf. Berikut ini
adalah beberapa di antaranya: (1) Durrat al-Fara’id bi Syarh al-Aqa’id (Permata
Berharga tentang Uraian Akidah), kitab berbahasa Melayu tentang akidah, yang
merupakan saduran dari kitab Syarh al-Aqa’id al-Nasafiah karya Imam Sa’d al-
Dîn al-Taftazani; (2) Nubdzah fi Da’wah azh-Zhil ma’a Sahibihi (Uraian Singkat
mengenai Dakwaan Kaum Bayang dengan Para Sahabatnya), yang berisi ajaran
mengenai kesesatan ajaran sufi Wahdah al-Wujud; dan (3) Lata’if al-Asrar
(Kehalusan Rahasia) yang membahas ilmu tasawuf; (4) Asrar al-Ihsan fî Ma’rifah
al-Ruh wa al-Rahman (Rahasia Manusia dalam Mengetahui Ruh dan Tuhan);
(5) Tibyan fî Ma’rifah al-Adyan (Penjelasan tentang Pengetahuan akan Agama-
Agama); (5) Hill al-Zhill (Menguraikan Perkataan “Zhill”), yang berisi tentang
kesesatan ajaran Wujudiyyah; (6) Hujjah al-Siddiq li Daf’i al-Zindiq (Hujah Orang
Benar untuk Menolak Itikad Orang Zindik); (7) al-Fath al-Mubin ‘alâ al-Muhidin
44