Page 87 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 87

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







           Persia, dan Asia Tengah. Misalnya Hikayat Ibrahim bin Adham, Hikayat Rabiah
           al-Adawiyah,  Hikayat  Bayazid  al-Bhistami,  Hikayat  Syekh Abdul  Qadir  Jilani
           dan lain sebagainya; (6) Satra Kitab. Yang disebut sastra kitab adalah risalah-
           risalah keagamaan termasuk tentang ilmu fiqih, qalam, tasawuf, tafsir, dan lain
           sebagainya; (7) Karangan-karangan tasawuf, seperti syair-syair dan alegori sufi;
           (8) Sastra Ketatanegaraan seperti  Taj al-Salatin  karangan Bukhari al-Jauhari;
           (9) Cerita-cerita Berbingkai; (10) Syair Rampai Maulid, berisi sajak-sajak pujian
           tentang Nabi Muhammad s.a. w. (11) Roman-roman Islam; (12) Cerita-cerita
           Jenaka. Misalnya cerita Abu Nuwas, Nasrudin Affandi, dan lain sebagainya. 7


           Karya-karya yang tergolong pada umumnya disebut sebagai Sastra Hikayat. Di
           lain kisah-kisah yang berkaitan dengan bangun dan jatuhnya kerajaan Islam,
           yang termasuk Hikayat Sejarah, luput disebut dalam pengelompokan ini. Begitu
           pula tentang puisi, dalam sastra Melayu tidak hanya syair tasawuf dan syair
           rampai yang berkembang. Di sana terdapat pantun dan gurindam, yang perlu
           dibicarakan  tersendiri  disebabkan  kedudukannya  yang  penting  dalam  sastra
           Melayu. Khususnya Gurindam 12 karya Raja Ali Haji.

           Dengan cara lain Braginsky mengelompokkan karya-karya Melayu Islam  menjadi
                                                                                               Braginsky
           tiga berdasarkan fungsi  estetiknya: (1) Karya-karya  yang mengetengahkan       mengelompokkan
           estetika kamal, yaitu yang fungsinya untuk menyempurnakan jiwa atau batin       karya-karya Melayu
           pembacanya di jalan Tauhid; (2)  Karya  yang mengetengahkan estetika faedah,    Islam  menjadi tiga
           yaitu karya-karya yang menekankan hikmah dan berfungsi sebagai pengajaran;      berdasarkan fungsi
                                                                                             estetiknya: (1)
           (3)  Karya yang menekankan estetika luaran (zahir) dan fungsinya terutama        Karya-karya yang
           sebagai pelipur lara.                                                            mengetengahkan
                             8
                                                                                          estetika kamal, yaitu
                                                                                          yang fungsinya untuk
           Yang pertama, karya-karya  penyempurnaan jiwa (kamal),  menggambarkan           menyempurnakan
           upaya  manusia  mencapai  pengetahuan tertinggi   (ma`rifat),  jalan  kerohanian     jiwa atau batin
                                                                                          pembacanya di jalan
           (suluk),   bentuk pengalaman dan keadaan rohani (maqam dan ahwal) yang        Tauhid; (2)  Karya  yang
           diperoleh seorang  penempuh  jalan rohani (salik) dan  lain  sebagainya. Karya-  mengetengahkan
           karya  yang menggarap sfera kesempurnaan jiwa  ini juga menggambarkan cita-    estetika faedah,  yaitu
                                                                                            karya-karya yang
           cita  manusia  mencapai pribadi   insan   kamil meneladani  Nabi  Muhammad     menekankan hikmah
           s.a.w.,  kerinduan seorang  `asyik (pencinta)  kepada  Sang Kekasih (mahbub),    dan berfungsi sebagai
           yaitu  Yang  Satu. Dalam  karya  kategori ini dipaparkan juga  jalan  pengenalan   pengajaran; (3)  Karya
                                                                                           yang menekankan
           diri,  yang  amat penting bagi seorang Muslim  untuk  mengenal perannya        estetika luaran (zahir)
           sebagai khalifah Tuhan di atas dunia  dan  sekaligus hamba-Nya. Syair-syair   dan fungsinya terutama
           semacam ini juga sering disebut sebagai syair-syair Tauhid dan Makrifat.       sebagai pelipur lara.

           Selain   ditulis  dalam  bentuk  puisi   didaktis   dan simbolik, juga ada yang
           ditulis dalam bentuk  kisah perumpamaan.  Karya-karya Hamzah Fansuri  dan
           murid-muridnya seperti Abdul Jamal, Hasan Fansuri, Syamsudin Pasai, dan
           juga beberapa  karangan Abdul Rauf Singkel dan  lain-lain  termasuk dalam
           kategori ini. Kecuali karya tiga penulis  ini  terdapat karya  ahli  tasawuf  lain
           yang namanya  belum  diketahui.  Di antaranya Syair Perahu (dalam tiga versi






                                                                                                 73
   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92