Page 88 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 88
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
yang berbeda), Ikat-ikatan Bahr al-Nisa’ (Lautan Perempuan), Syair Dagang
(yang agaknya ditulis penyair asal Minangkabau), Hikayat Burung Pingai,
Syair Alif dan lain-lain.
Penulis sufi itu juga sangat produktif menulis risalah tasawuf dan interpretasi
teks keagamaan menggunakan metode ta’wil atau hermeneutika. Di antara
penulis sufi yang terkenal ialah Hamzah Fansuri, Syamsudin Pasai, Nuruddin
Raniri, Abdul Rauf Singkili, Yusuf Mengkasari, Daud Fatani, Abdul Samad
Palimbangi, Ki Fakhrudin Palimbangi, Arsyad Banjari, Daud Pontiani dan
lain-lain. Selain karya bercorak sejarah dan hikayat-hikayat tertentu, karangan-
karangan ahli tasawuf ini sangat menarik perhatian pengkaji.
Menurut Braginsky karya-karya yang termasuk ke dalam kategori ini
mempunyai tujuan menyucikan kalbu dan jiwa manusia, karena kalbulah
yang merupakan sarana penghayatan intuitif dalam menghayati keberadaan
Yang Haq. Keindahan yang dipaparka berhubungan dengan gagasan sufi
tentang kesempurnaan jiwa manusia. Kesempurnaan itu dicapai melalui jalan
keruhanian yang disebut ilmu suluk.
9
Yang kedua, karya-karya yang mengemukakan estetika faedah menggambarkan
kehidupan manusia dalam lingkungan masyarakatnya, bagaimana seseorang
menjalankan kehidupan pribadi dan sosialnya alam rangka melaksanakan ajaran
agama. Termasuk dalam kelompok ini ialah Hikayat Nabi dan Sahabat, Hikayat
Pahlawan Islam, serta karya kesejarahan dan adab. Karya yang termasuk ke
dalam kategori ini bermaksud memperkuat dan menyempurnakan akal
manusia, yaitu sarana intelektualnya, dengan membeberkan kisah-kisah yang
mengandung hikmah dan pengajaran. Di antara karya termasuk sastra adab
yang terkenal ialah Taj al-Salatin (Mahkota Raja-raja) karya Bukhari Jauhari dan
Bustan al-Salatin (Taman Raja-raja) karya Nuruddin Raniri dan Nasih Luqman
al-Hakim (anonim). Karya-karya ini menjadi cermin pengajaran dan tuntunan
bagi raja-raja, pegawai pemerintahan dan pemimpin masyarakat dalam
menjalankan pemerintahan agar tercapai keadilan dan kesejahteraan sosial,
dan dengan demikian agama berkembang.
Dalam kelompok ini termasuk hikayat sejarah atau karangan-karangan yang
berhubungan sejarah berdirinya sebuah kerajaan Islam. Karangan-karangan jenis
ini pada umumnya menggambarkan jatuh bangunnya raja-raja dan dinasti,
sebab-sebab kejatuhan dan kebangunannya, peristiwa-peristiwa penting yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat dan jalannya sejarah.
Yang ketiga, karangan-karangan yang menekan estetika formal atau keindahan
zahir/luaran. Termasuk ke dalam kategori ini ialah roman-roman percintaan
bercampur petualangan dan semua karangan yang ditulis sebagai pelipur
lara. Di dalam karangan seperti ini pengarang biasa menyisipkan pengajaran
yang berkenaan dengan ajaran Islam. Pengarang roman Melayu bertujuan
74