Page 496 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 496
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3
Kegiatan di kantor pimpinan
pusat LAKPESDAM NU, Tebet,
Jakarta Selatan.
Sumber: Direktorat Sejarah dan Niai Budaya
Dalam periode 1985-1994, LAKPESDAM memfokuskan kegiatan pada
community development. Baru sejak 1995, LAKPESDAM NU bukan hanya
mengambil jarak dari gerakan-gerakan Islam radikal yang muncul setelah 1998,
tapi bahkan menjadikan isu radikalisme keberagamaan sebagai isu strategis yang
mereka harus tangani melalui suatu pendidikan kritis. Secara lebih khusus,
51
lembaga ini bertujuan mengembangkan sikap dan perilaku keberagamaan yang
moderat dan toleran. Kegiatan-kegiatannya juga berkisar tidak hanya pada
perbaikan organisasi seperti sistem kaderisasi NU melalui pendidikan, pelatihan
dan studi banding, termasuk pendidikan kewargaan (civic education), tapi juga
kajian-kajian kritis tentang NU, keberagamaan, sosial, dan budaya.
Pada perencanaan strategis 1996, LAKPESDAM mengubah visinya menjadi
pemberdayaan masyarakat sipil dengan prinsip mabadi’ khairi ummah, yaitu
lima prinsip dasar komunitas terbaik, yang terdiri dari al-shidqu (jujur), al-
amanah (dapat dipercaya), al-adalah (adil), at-ta’awun (saling menolong),
dan al-istiqamah (konsisten). Untuk itu LAKPESDAM bekerja sama dengan
52
berbagai lembaga seperti The Asia Foundation, PKM (Program Pemulihan
Keberdayaan Masyarakat), MADIA (Masyarakat Dialog Antar Agama), dan WFP
(World Food Programme)/UNDP. Pada tahun 2000-an, LAKPESDAM menangani
program Pemberdayaan Politik Warga. Kemudian, untuk periode 1996-
53
2001, LAKPESDAM memiliki visi terciptanya masyarakat yang terjamin hak-hak
hidupnya (al-dlaruriyat al-khams: agama, harta, keturunan, akal, dan raga) dan
misi pemberdayaan masyarakat NU dengan prinsip mabadi’ khairi ummah.
Untuk itu mereka melakukan berbagai strategi, termasuk pengembangan
wawasan keagamaan dalam konstruksi pengembangan masyarakat sipil, kiyai
sebagai inspirator perubahan, pengembangan wawasan elit NU, pendidikan
480